Situs Megalitikum

JURNAL ILMIAH

 

Watu Kloso dan Lumpang Batu di Tengah Sawah

Kajian Awal Temuan Megalitik 

di Dusun Mentaraman, Sumberpucung, Kabupaten Malang

Penulis : Agung Cahyo Wibowo
Tanggal Temuan Lapangan : 6 Mei 2010

---

Abstrak :

Penelitian ini merupakan kajian awal terhadap penemuan batu andesit berbentuk pipih yang oleh masyarakat setempat disebut “Watu Kloso” serta dua buah lumpang batu yang ditemukan di tengah sawah Dusun Mentaraman, Desa Ngebruk, Kecamatan Sumberpucung, Kabupaten Malang. 

Penemuan ini memiliki nilai penting dalam konteks arkeologi lokal, karena berkaitan dengan memori sejarah masyarakat, praktik leluhur, dan kemungkinan peran situs ini pada masa sebelum Kerajaan Mataram Islam. Penelitian menggunakan pendekatan deskriptif-kualitatif dengan metode observasi lapangan, wawancara, dan studi pustaka.

Kata Kunci:
Watu Kloso, lumpang batu, megalitik, Mentaraman, arkeologi lokal, Mataram Islam

---

1.   Pendahuluan

Indonesia merupakan wilayah yang kaya akan peninggalan megalitik, terutama di daerah pedesaan yang masih mempertahankan tradisi lisan dan bentuk perawatan situs-situs budaya. Salah satu temuan penting di wilayah selatan Kabupaten Malang adalah keberadaan batu andesit besar yang disebut masyarakat lokal sebagai "Watu Kloso", bersama dengan dua lumpang batu yang berada di tengah lahan persawahan. Penemuan ini terjadi pada Mei 2010 oleh penulis, dan hingga saat ini masih dirawat oleh masyarakat setempat secara tradisional.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi nilai arkeologis dan etnohistoris dari Watu Kloso dan lumpang batu tersebut serta menghubungkannya dengan konteks sejarah lokal terutama yang terkait dengan Kerajaan Mataram Islam.

---

2.   Lokasi dan Deskripsi Temuan

Situs ini berada di tengah sawah milik warga di Dusun Mentaraman, Desa Ngebruk, Kecamatan Sumberpucung, Kabupaten Malang. Koordinat geografis belum diukur secara GPS, namun lokasi tersebut dapat dicapai dengan berjalan kaki sekitar 500 meter dari jalur utama arah Kali Biru.

a.      Watu Kloso

Batu andesit pipih dengan ukuran ± 120 cm x 150 cm. Ketebalan tidak dapat diukur karena sebagian besar terpendam di dalam tanah. Bentuknya cenderung persegi panjang. Batu ini telah diberi cungkup kayu dengan atap genteng tanah oleh masyarakat setempat sebagai bentuk penghormatan.

b.      Lumpang Batu

Terdapat dua buah lumpang batu (alat penumbuk tradisional dari batu) yang terletak tidak jauh dari Watu Kloso. Lumpang ini menunjukkan adanya aktivitas pra-industrial yang diduga kuat berkaitan dengan kegiatan ritual atau domestik masyarakat pada masa lalu.

---

3.   Metodologi

Penelitian dilakukan dengan pendekatan deskriptif-kualitatif. Data dikumpulkan melalui:

• Observasi langsung terhadap bentuk, ukuran, dan letak benda.
• Wawancara etnografis dengan masyarakat setempat, khususnya Ibu Lina, yang menurut penuturan masih memiliki garis keturunan dengan pemilik atau penjaga leluhur Watu Kloso.
• Studi pustaka untuk menelusuri konteks sejarah dan keberadaan pasar pada masa sebelum Mataram Islam. 

---

4.  Hasil dan Pembahasan 

a.      Asal Usul dan Narasi Lokal

Menurut keterangan turun-temurun dari buyut Lina, batu tersebut berasal dari tepi “Kali Biru”. Batu ini dipercaya sebagai bagian dari peninggalan leluhur dan memiliki nilai spiritual. Tradisi lisan menyebutkan bahwa batu tersebut dipindahkan ke tengah sawah dan menjadi pusat kegiatan lokal.

b.      Konteks Sejarah

Sekitar 500 meter ke arah timur dari situs ini, terdapat lokasi yang dulu dikenal sebagai pasar era Kerajaan Mataram Islam. Pasar tersebut dipindahkan ke jalur baru Malang–Blitar oleh pemerintah kolonial Belanda dan menjadi cikal bakal Pasar Ngebruk. Hal ini mengindikasikan bahwa wilayah tersebut memiliki peran penting sebagai pusat ekonomi dan sosial pada masa lampau.

c.      Interpretasi Arkeologis

Bentuk pipih dan ukuran besar Watu Kloso menyerupai bentuk dolmen atau batu duduk yang umum ditemukan di situs megalitik Jawa. Sementara lumpang batu bisa dihubungkan dengan aktivitas pertanian awal atau ritual. Jika dikaitkan dengan eksistensi pasar dan sungai sebagai jalur transportasi alami, kemungkinan situs ini memiliki fungsi ganda: ritual dan perdagangan.

---

5.   Simpulan

Penemuan Watu Kloso dan dua lumpang batu di Dusun Mentaraman memberikan indikasi kuat akan keberadaan situs budaya lokal yang bernilai arkeologis dan historis tinggi. Narasi masyarakat tentang asal-usul dan perawatan situs tersebut menunjukkan adanya kesinambungan memori budaya yang penting untuk dilestarikan.

Rekomendasi:

Diperlukan kajian lanjutan oleh arkeolog profesional, termasuk ekskavasi terbatas dan pemetaan lokasi dengan GPS serta analisis batuan. Pemerintah desa dan dinas kebudayaan disarankan untuk menetapkan situs ini sebagai cagar budaya lokal.

 

---

6. Daftar Pustaka (contoh)

1. Soekmono, R. (1981). Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
2. Wahyono, H. (2005). Megalitikum di Jawa Timur. Balai Arkeologi Yogyakarta.
3. Tim Balai Arkeologi Malang. (2011). Laporan Penelitian Arkeologi Wilayah Malang Selatan.