Perkembangan Sejarah Islam di Malang






GUMUK BERUNDAK BATU BATA"


oleh : Agung Cahyo Wibowo
 

Berdasarkan informasi pemilik tanah (saksi pertama) yang diberikan, terdapat dua situs yang menjadi perhatian, yaitu situs tanah berundak dan bangunan panggung yang terletak di sebelah baratnya, serta bangunan kecil yang diduga sebagai langgar di sebelah situs panggung (lihat gambar diatas). Pemilik tanah merobohkan situs tanah berundak pada tahun 1979 karena ketidaktahuannya tentang manfaat situs tersebut dan posisi situs yang berada di tengah-tengah tanah pekarangan miliknya. Situs bangunan panggung kemudian dihancurkan juga dan digunakan sebagai lahan pertanian pada tahun 1985-an, sedangkan bangunan kecil yang diduga sebagai langgar dirobohkan dan digantikan dengan pembangunan Tower Telkom pada tahun 2000-an.

Menurut saksi mata, situs bangunan panggung berupa tumpukan batu bata berbentuk segi empat yang diduga sebagai bangunan panggung. Selain itu, terdapat pula bangunan kecil yang diduga sebagai langgar yang digunakan untuk pengimaman saat sholat berjamaah.

Sayangnya, keberadaan situs-situs tersebut telah hilang dan tidak dapat dipulihkan kembali. Penghancuran situs-situs bersejarah yang dilakukan oleh pemilik tanah tanpa mempertimbangkan nilai sejarah dan kebudayaan yang terkandung di dalamnya sangat disayangkan, karena situs-situs tersebut merupakan warisan budaya yang penting bagi generasi masa kini dan yang akan datang. Oleh karena itu, perlu kesadaran bersama untuk menjaga kelestarian situs-situs bersejarah agar dapat diwariskan kepada generasi selanjutnya.
Keterangan lain dari ahli waris (saksi keempat) dan orang kampung sebelah adalah bahwa di sekitar area tempat situs tersebut juga pernah ditemukan beberapa "gerabah kuno", "arca", "pecah belah", dan "patung emas". Saat ini, area bekas gedung bioskop tersebut sedang dibangun menjadi gudang.


Kemungkinan besar perubahan bentuk, fungsi, dan lokasi tinggalan arkeologis dari masa Hindu-Buddha di Malang, termasuk Kota Kepanjen, dapat dikaitkan dengan proses islamisasi yang terjadi di daerah tersebut.

Seperti yang diketahui, islamisasi di Indonesia dimulai sekitar abad ke-13 dan 14 Masehi, dan Malang merupakan salah satu daerah yang terkena dampaknya. Pada masa itu, agama Islam mulai masuk ke Malang melalui para pedagang dan pemuka agama Islam yang datang dari luar daerah.

Dengan masuknya agama Islam, terjadi perubahan dalam kehidupan masyarakat, termasuk perubahan dalam bidang arsitektur dan seni. Banyak bangunan-bangunan Hindu-Buddha yang diubah menjadi bangunan Islam dengan menambahkan elemen-elemen Islamik seperti kubah, mihrab, dan lain sebagainya.

Selain itu, beberapa tinggalan arkeologis dari masa Hindu-Buddha mungkin juga dipindahkan ke lokasi yang lebih strategis atau lebih dekat dengan tempat ibadah Islam untuk mempermudah akses bagi para jemaah.

Meskipun demikian, perlu diingat bahwa perubahan-perubahan ini tidak terjadi secara seragam di seluruh wilayah Malang, dan masih banyak tinggalan arkeologis dari masa Hindu-Buddha yang dapat ditemukan di sana. Oleh karena itu, studi tentang sejarah Malang, termasuk Kota Kepanjen, sangatlah penting untuk memahami bagaimana agama Islam memengaruhi kehidupan masyarakat dan budaya lokal di wilayah tersebut.



 

ARTIKEL POPULER

edisi kusus

edisi kusus
Klik gambar... untuk melihat cerita, silsilah, foto keluarga Darmoredjo