Bacaaan Singkat cerita :
Bermula dari kawasan Kadipaten Sengguruh atau sekarang lebih dikenal dengan Kadipaten Malang. Pada saat itu Kadipaten Malang masuk kekuasaan Kerajaan Mataram, oleh mataram telah digolongkan ke dalam “Brang Wetan”, yaitu meliputi wilayah Surabaya, Pasuruan, Kediri, Panaraga, Kedu, Brebek, Pakis, Kertasana, Ngrawa, Blitar, Trenggalek, Tulung, Madiun Caruban dan Malang (Sengguruh) dipimpin oleh seorang Adipati.
Pusat Pemerintahan Kadipaten Malang saat itu diperkirakan berada di Pakisardjo , sekarang dikenal dengan Kecamatan Pakisaji, yang letaknya antara "Timur Gunung Kawi" juga diantar Sungai Brantas dan Metro.
Pusat Pemerintahan Kadipaten Malang saat itu diperkirakan berada di Pakisardjo , sekarang dikenal dengan Kecamatan Pakisaji, yang letaknya antara "Timur Gunung Kawi" juga diantar Sungai Brantas dan Metro.
Niatan Sumolewo sempat diketahui oleh Adipati Ronggo Tohjiwo, yang akhirnya mengumpulkan patih dan beberapa punggowo kepercayaannya, untuk mengadakan sayembara yang bunyinya, “Barang siapa yang bisa mengalahkan Putri Proboretno pada akhir pertandingan, maka kalau laki-laki akan dijadikan suami, kalau perempuan akan dijadikan saudaranya”.
Informasi tentang sayembara tersebut sempat di dengar oleh Sumolewo, awalnya dia senang, karena merasa akan memenangkan sayembara, akan tetapi ketika mengingat pesan gurunya, maka Sumolewo menjadi was-was.
Sumolewo dengan akal liciknya, mengatasnamakan Kadipaten Malang mendukung pergerakan Mataram, dengan mencegah masuknya “pelarian pemberontak dari Sumenep”.
Akhirnya pasukan Aris Japanan (Sumolewo) mencegat setiap orang Madura yang akan masuk ke Kadipaten Malang (sekarang Kecamatan Lawang) dan mencurigai orang yang mempunyai ciri-ciri seperti yang disebutkan oleh gurunya, orang tersebut akan ditahan atau dibunuh lalu dilempar ke sungai (sekarang disebut : Kali Getih, Kali Sorak).
Raden Panji adalah putra adipati Sumenep, yang datang ke Kadipaten Malang, sebagai seorang pelarian yang menghindari kejaran pasukan Mataram, dengan menyamar sebagai pedagang. Agar tidak dicurigai, maka mereka lewat timur melalui kandang kuda (sekarang Kedung Kandang), pada saat itulah dia mengetahui kalau Adipati Malang mengadakan sayembara.
Pada hari yang telah ditentukan, berkumpullah para pendekar dari segala penjuru daerah, pelaksanaan sayembara berada di luar benteng Buring. Raden Panji mencoba mendekat kerena ingin mengikuti sayembara tersebut.
Pertandingan berlangsung cukup lama, pada puncak pertandingan tinggallah Sumolewo dan Raden Panji, pertempuran antara kedua pendekar sakti tersebut cukup sengit, dan akhirnya dimenangkan oleh Raden Panji.
Di akhir pertandingan, berhadapanlah Putri Proboretno dengan Raden Panji, pertempuran yang awalnya seimbang, pada akhirnya membuat Putri Proboretno terdesak, dia mencoba kemampuan Raden Panji dengan meloncat lalu memacu kudanya dengan cepat untuk masuk benteng dan segera menutup pintu gerbangnya.
Raden Panji segera mengejar dengan menunggang kuda yang bernama “Sosro Bahu”, dan pintu gerbang yang sudah di tutup, sanggup dibuka oleh Raden Panji dan dia berhasil memenangkan sayembara . (sekarang Kuto Bedah)
Melihat kemampuan Raden Panji, Adipati Ronggo Tohjiwo merasa puas, apa yang diharapkan telah terwujud, yaitu mendapatkan calon menantu yang handal.
Akhirnya proses pernikahan antara Raden Panji dan Putri Proboretno berlangsung dengan meriah, dihadiri oleh petinggi Kadipaten Malang dan undangan dari mancanegara.
Perkawinan mereka berlangsung bahagia dan dianugrahi seorang anak laki-laki yang diberi nama Raden Panji Wulung / Panji Saputra. Pasangan ini tinggal di tempat penaruhan logistik para prajurit (sekarang desa Penarukan), mereka hidup santun pada siapa saja, baik petinggi kadipaten maupun kepada rakyat jelata.
Di sisi lain, Kerajaan Mataram mendapat informasi dari Sumolewo, bahwa Adipati Malang menolak tunduk pada Mataram, dengan tuduhan Adipati Malang telah mendirikan perguruan keprajuritan yang tersembunyi di taman kaputren (sekarang desa Lumbangsari, Kecamatan Bululawang) dipimpin oleh putrinya Proboretno untuk mempersiapkan bala tentara putri.
Pada saat bersamaan, adipati-adipati dari Brang Wetan ingin melepaskan diri dari kekuasan Mataram. Maka Raja Mataram memerintahkan agar seluruh adipati di Brang Wetan menghadap ke Mataram, tetapi panggilan ini tidak dihiraukan.
Akhirnya Raja Mataram mengirim Pasukan yang dipimpin oleh Tumenggung Tumenggung Surontani. Pasukan yang dipimpin oleh Surontani, bergerak menuju Kadipaten Malang melalui tepi sungai Brantas pegunungan Kendeng. Ddan berhenti di barat sungai Metro, lalu Tumenggung Surontani memberikan surat kepada orang kepercayaannya kepada Adipati Malang.
Utusan segera menuju ke Kadipaten Malang, kebetulan Adipati sedang tidak berada di tempat, akhirnya utusan menuju ke tempat petugas punggowo kepanjian (sekarang kelurahan Kepanjen). Kebetulan surat dari Mataram tersebut diterima sendiri oleh Putri Proboretno. Setelah membaca surat dari raja Mataram, tampak Putri Proboretno sangat marah karena merasa difitnah sebagai telah memimpin kekuatan baru yakni tentara perempuan, padahal dia hanya mengajari beberapa cantrik wanita yang tinggal dikaputren kadipaten, bukan untuk merencanakan makar dengan Mataram.
Pada saat Adipati Malang yang sedang berkabung karena kematian putrinya telah dimanfaatkan oleh utusan Mataram untuk menyusun strategi. Pada suatu saat, Tumenggung Alalp-alap, seorang ahli strategi, sepakat
untuk melakukan negosiasi tentang gencatan senjata dan menghadang
langkah Adipati Ronggo Tohjiwo, untuk mendukung kepentingan Mataram yang
sedang melakukan ekspansi di Brang Wetan. Dalam situasi tersebut,
Alalp-alap menunjukkan kebijaksanaannya sebagai seorang pemimpin yang
cerdik dan terampil dalam mengatur strategi perang. Ia mampu merancang
rencana yang efektif untuk memenangkan peperangan, sambil mempertahankan
kepentingan dan keamanan rakyatnya. Seperti halnya seorang tokoh sastra
yang memikat, kebijaksanaan Alalp-alap diabadikan dalam sejarah Mataram
sebagai contoh kepemimpinan yang bijak dan berpengaruh. Peristiwa perundingan ini dilakukan di dusun Sanggrahan dekat desa Panggungrejo.
💥 Pasukan Mataram menghadirkan sebuah panggung hiburan yang menampilkan seorang putri Mataram yang memiliki kemiripan wajah yang merip dengan Putri Proboretno.
💥 Para perwira Mataram dan pimpinan kadipaten Malang yang pro Mataram, mengundang Raden Panji dengan tujuan untuk meyakinkannya bahwa Putri Proboretno masih hidup dan belum meninggal dunia.
💥 Mereka membuat sebuah jebakan yang berupa sumur maut di sekitar tangga yang merupakan tempat duduk palsu Putri Proboretno.
💥 Para perwira Mataram dan pimpinan kadipaten Malang yang pro Mataram, mengundang Raden Panji dengan tujuan untuk meyakinkannya bahwa Putri Proboretno masih hidup dan belum meninggal dunia.
💥 Mereka membuat sebuah jebakan yang berupa sumur maut di sekitar tangga yang merupakan tempat duduk palsu Putri Proboretno.
Raden Panji langsung mendekat menuju “jalan naik ke atas panggung”, dan masuklah Raden Panji ke jebakan lubang sumur maut yang sudah disediakan, secara serentak puluhan pasukan khusus Mataram datang menuju sumur maut itu untuk membunuh Raden Panji lalu jasadnyai dimakamkan di dekat makam istrinya yaitu Putri Proboretno, sekarang di belakang Kantor Dinas Pendidikan, Desa Penarukan.
👉 Roro Ayu Proboretno dan Raden Panji Pualang Jiwo
memilik putra bernama Panji Saputra
👉 Nama Raden Panji Pulang Jiwo saat kecil di Sumenep
bernama Panji Sulung.
Kenangan Peristiwa :
👉 Raden Panji Sulung atau putra mahkota kerajaan Sumenep lebih dikenal dengan nama panjang "Raden Panji Pulang Jiwo",
👉 Adipati Malang dikenal dengan Adipati Ronggo Tohjiwo
👉 Kerajaan Sengguruh akhirnya lebih dikenal oleh orang Mataram dan orang Brang Wetan dengan julukan daerah "Malang", karena banyaknya peristiwa dan tragedi peperang yang ada di Malang deperti : peristiwa Untung Suropati, peristiwa Trunojoyo, peristiwa terbunuhnya Pangeran Singosari dan peristiwa Adipati Ronggo toh Jiwo.
👉 Wilayah Kerajaan Sengguruh, sekarang menjadi 'wilayah Malang Selatan dan
sebagian Wlingi, Blitar, dan Kesamben Blitar'. Menurut catatan dari
pemerintahan penjajah Belanda, wilayah Sengguruh di petakan pada
Dinas Kehutanan Kabupaten Malang menjadi Wilayah Kehutanan Distrik
Sengguruh. Pada tahun 2008, papan di kantor kehutanan Sumberpucung didepan pom
bensin masih ada, Sekarang papan penunjuk sudah tidak ada.