Setelah kekalahan Pangeran Diponegoro, banyak pengikutnya yang melarikan diri dan menetap di berbagai daerah, termasuk Malang. Salah satunya adalah Mbah Muhamad, yang tinggal di sekitar "Kasin Polisi" dan dikenal memiliki karomah, kesaktian, serta ilmu kanuragan. Pada masa itu, Pondok Kasin merupakan pesantren yang dihormati dengan jumlah santri yang cukup banyak, menjadi pusat spiritual dan perlawanan yang memperkuat semangat perjuangan melawan penjajah.
Kyai Muhamad inilah yang memiliki pengaruh besar dalam perkembangan Islam dan budaya di Malang, serta menjadi pendorong utama dalam perlawanan terhadap Kompeni Belanda pada masa itu.
Di sebelah selatan Pondok Kasin, terdapat Pondok Pesantren Karangsono di Kebonagung, Malang, yang diasuh oleh Kyai Khasan Syarib. Beliau memiliki menantu bernama Kyai Mukti, yang mengajar seorang murid mualaf keturunan Eropa bernama Kyai Said. Pondok ini pernah menjadi pusat perlawanan rakyat Malang Selatan melawan Kompeni. Terdapat kisah heroik yang kurang dikenal tentang sembilan jawara yang berhasil mengalahkan puluhan, bahkan ratusan tentara Kompeni hanya dengan senjata keris dan pedang. Namun, pada akhirnya, para jawara tersebut kelelahan dan meninggal.
Berdasarkan informasi dan cerita dari nara sumber :
Nama : Ustad Muktar,
Alamat : Penarukan : Kepanjen,
hubungan : murid Kyai Said Ketapang mulai kecil
Pertama :
Kyai said adalah santri yang taat pada guru dan mempunyai kelebihan pandai berbahasa asing, dan pernah bersama-sama dengan Ir. sukarno ke Soviet selama 2 bulan dengan 13 Kyai lainnya.
Presiden Soekarno, Rusia dan para pemimpin Kremlin. Banyak sumber yang mengatakan, Soekarno lah yang menemukan makam perawi hadis terkenal Imam Bukhari.
Ceritanya, sekitar tahun 1961, pemimpin Uni Soviet Nikita Khrushchev mengundang Soekarno datang ke Moskow. Nikita ingin memperlihatkan pada Amerika Serikat kalau Indonesia berada di belakang Blok Timur. Saat itu dunia memang sedang memanas antara persaingan negara Blok Barat, AS dan sekutunya, melawan Uni Soviet.
Soekarno menghadapi dilema. Dia tidak ingin menunjukkan kalau Indonesia bisa diatur Soviet. Maka Soekarno membuat strategi.
"Tuan Khrushchev, saya bersedia datang ke Moscow. Tapi ada syaratnya, temukan makam Imam Bukhari, perawi hadis terkenal. Dia dimakamkan di Samarkand, Uzbekistan," ujar Soekarno.
Tentu saja Khrushchev yang komunis tulen bingung. Siapa Imam Bukhari? Pikirnya. Khrushchev pun meminta Soekarno mengganti syaratnya, tapi Soekarno menolak.
Maka pemerintah komunis Uni Soviet mati-matian mencari makam ulama besar Islam ini. Bukan perkara mudah, Khrushchev pun hampir menyerah. Dia lagi-lagi menawar syarat dari Soekarno. Tapi Soekarno bersikeras Soviet harus menemukan makam Imam Bukhari.
Akhirnya, mereka berhasil menemukan lokasi makam Imam Bukhari. Saat itu kondisinya sangat memprihatinkan dan tidak terawat untuk ukuran seorang ulama besar. Khrushchev pun dengan gembira menyampaikan hal itu pada Soekarno. Tak lupa, pihak Soviet merenovasi makam itu sedikit agar tak berantakan.
Maka akhirnya Soekarno mengunjungi Moskow. Tak lupa dia berziarah ke tempat Imam yang sangat dikaguminya ini di Samarkand.
Saat itu pihak Barat pun menilai kunjungan Soekarno ke Moskow tak cuma untuk urusan politik, melainkan ziarah. Ini juga menunjukkan Indonesia tak bisa diatur.