Prasasti Ngajum
Sejarah Malang Selatan
Sejarah Malang Selatan
Dusun Kemuning, Desa Kranggan, Kecamatan Ngajum, Kabupaten Malang, Jawa Timur (Jatim) telah diketemukan oleh warga Ngajum berupa BATU PRASASTI, benda purbakala yang peninggalan Kerajaan Tumapel, karena prasasti TERTULIS 1178 saka (1250 masehi) walaupun tidak terbaca dengan jelas dan juga terdapat Lingga yang pas dengan Yoni nya, info tahun tersebut penulis dapatkan dari keterangan buku catatan laporan hasil investigasi perekonomia desa diwilayah Residen Pasuruan, cetakan tahun 1908 (bukunya kami koleksi),
Ini terlihat dari
Prasasti itu terbuat dari batu andesit berbentuk segi empat.
Panjangnya sekitar 137 cm x lebar 76 cm/lebar bawah 56 cm x ketebalan batu sekitar 25 cm.
Di bagian atas batu terdapat tulisan Jawa kuno melingkar dari depan, samping, dan belakang. Batu itu ditempatkan di gundukan tanah setinggi lutut orang dewasa. yang berupa huruf Jawa kuno di prasasti itu tidak sama dengan huruf pada zaman Kerajaan Singhasari. Diperkirakan, prasasti tersebut peninggalan sebelum abad XI pada masa Raja Balitong Kerajaan Mataram kuno.
Panjangnya sekitar 137 cm x lebar 76 cm/lebar bawah 56 cm x ketebalan batu sekitar 25 cm.
Di bagian atas batu terdapat tulisan Jawa kuno melingkar dari depan, samping, dan belakang. Batu itu ditempatkan di gundukan tanah setinggi lutut orang dewasa. yang berupa huruf Jawa kuno di prasasti itu tidak sama dengan huruf pada zaman Kerajaan Singhasari. Diperkirakan, prasasti tersebut peninggalan sebelum abad XI pada masa Raja Balitong Kerajaan Mataram kuno.
Batu yang dinamai Sunggingan, merupakan tulisan Hindu - Jawa yang sudah lama berada di Padepokan Kemuning. Apa arti dari tulisan yang tertera di Sunggingan itu, saya sendiri kurang paham karena bukan tulisan jawa. Mereka yang paham, terkadang hanya memberitahu kalau tulisan-tulisan yang tertera, merupakan (kata-kata) sandi,” ungkap Mbah Tamun
Disebelah prasasti Kranggan tersebut terdapat sebuah lingga dan yoni, diduga bangunan suci yang berhubungan dengan tempat tersebut adalah bangunan suci agama Hindu.
ukuran Lingga adalah tinggi. 44 cm, lebar 13 cm, lubang lingkaran 15 cm. sedangkan
Ukuran Yoni: tinggi 36 cm, panjang 50 cm, lebar 50 cm.
Yoni yang disemen berbentuk segi empat, pecahan hiasan candi di atas yoni & tebaran fragmen batu bata merah besar menandakan pernah berdiri bekas candi Hindu beraliran Sekte Siwa Siddhanta di area ini
Sedangkan makam Sekat Tunjungsari merupakan orang kepercayaan dari Sultan Mentaram-Solo. Selama mengasingkan diri untuk melakukan tirakat, Sekat Tunjungsari akhirnya meninggal di sini.
Menurut sejarahwan yang bernama Bosch telah berusaha membaca prasasti Kranggan, karena keadaanya sudah usang sehingga sulit diketahui isinya dengan jelas, yang bisa terbaca hanya Hanya angka tahunn, yaitu 1178 Saka (1256 M). Jika dicermati lebih lanjut, tahun tersebut bertepatan dengan pemerintahan raja Wisnuwardhana dari kerajaan Singasari. Prasasti tersebut dikeluarkan oleh rajamuda (Yuwaraja/Kumararaja) Kertanegara (anaknya).
Situs sejarah itu dikelilingi pohon besar dan banyak dijumpai batu bata merah berukuran besar lengkap dengan ukiran di bagian tengah dan sampingnya. Warga setempat menyebut tempat itu sebagai Pepunden Kemuning dan difungsikan untuk ritual bersih desa dan katanya telah dikunjungi oleh Sejarawan Universitas Negeri Malang
Pada saat penulis pulang dari mengunjungi situs Kemuning, sempat berhenti dipinggir jalan untuk memfoto Pure di desa Kranggan yang ukurannya berkisar lebar 17 m x panjang 20 m
Situs sejarah itu dikelilingi pohon besar dan banyak dijumpai batu bata merah berukuran besar lengkap dengan ukiran di bagian tengah dan sampingnya. Warga setempat menyebut tempat itu sebagai Pepunden Kemuning dan difungsikan untuk ritual bersih desa dan katanya telah dikunjungi oleh Sejarawan Universitas Negeri Malang
Pada saat penulis pulang dari mengunjungi situs Kemuning, sempat berhenti dipinggir jalan untuk memfoto Pure di desa Kranggan yang ukurannya berkisar lebar 17 m x panjang 20 m