- Dari Wilayah Distrik Sungguruh, dapat dikonfirmasi bahwa terdapat peta
Belanda yang mencakup area Malang selatan hingga Kesamben dan Wlingi di
Kabupaten Blitar. Hal ini menunjukkan bahwa Belanda memiliki kepentingan
di wilayah tersebut pada masa lalu.
- Benteng batas kerajaan Sengguruh yang berada di Desa Jenggolo dan Desa Sengguruh telah ditemukan, dan penulis telah mengambil beberapa batu bata besar bekas bangunan benteng dari lokasi tersebut sebagai koleksi peneliti. Namun, sebelum mengambil batu-batu tersebut, penulis memastikan untuk meminta izin terlebih dahulu kepada pemilik tanah, baik yang masih hidup maupun goib. Hal ini penting untuk menjaga hubungan baik dengan pemilik tanah dan juga menghormati hak mereka atas benda tersebut.
- Dengan tekun dan hati-hati, penulis melakukan pensortiran batu bata dari lokasi Benteng Sengguruh dengan cara mengukur dimensi bata tersebut (p x l x t) dan membaginya ke dalam tiga kelompok berdasarkan ukurannya, yaitu: bata pondasi, bata tembok untuk benteng/bangunan, dan bata bekas dari candi.
- Setelah melakukan pensortiran batu bata dengan seksama, peneliti dengan teliti menyimpan hasil karyanya di tempat yang aman dan terlindungi, untuk mencegah kerusakan atau kehilangan yang tidak diinginkan
- Tak hanya menyimpan batu-batu peneliti juga mengabadikan setiap detail batu-batu tersebut dengan mengambil gambar, untuk dijadikan referensi visual dan dokumentasi yang akan berguna dalam penelitian.
1. Adanya Sumber Songo
Penduduk di daerah ini hidup dari perkebunan, pertanian, dan mencari ikan di Sungai Brantas. Karena daerah ini subur dan strategis sebagai jalur pintas menuju daerah Singosari, Pasuruan, dan Banyuwangi, maka tempat ini cepat menjadi wilayah penting pada masa lampau
Pada masa kejayaan kerajaan sebelumnya, daerah ini sudah ramai. Penulis memperkirakan garda benteng yang digunakan untuk pertahanan berada di daerah perbukitan Selorejo Batu dan Selorejo Karangkates. Daerah ini difungsikan sebagai lumbung pertahanan di sebelah selatan, sebagai persediaan makanan, tempat prajurit, dan πpersediaan air bersih dan pada masa Kerajaan Majapahit, tempat ini berfungsi sebagai lumbung pertahanan yang dibangun di padepokan kepercayaan raja-raja untuk mengumpulkan kasatria dan brahmana, yang akhirnya menjadi tempat terkenal dan menjadi ramai.
Penduduk di daerah ini hidup dari perkebunan, pertanian, dan mencari ikan di Sungai Brantas. Karena daerah ini subur dan strategis sebagai jalur pintas menuju daerah Singosari, Pasuruan, dan Banyuwangi, maka tempat ini cepat menjadi wilayah penting pada masa lampau
Pada masa kejayaan kerajaan sebelumnya, daerah ini sudah ramai. Penulis memperkirakan garda benteng yang digunakan untuk pertahanan berada di daerah perbukitan Selorejo Batu dan Selorejo Karangkates. Daerah ini difungsikan sebagai lumbung pertahanan di sebelah selatan, sebagai persediaan makanan, tempat prajurit, dan πpersediaan air bersih dan pada masa Kerajaan Majapahit, tempat ini berfungsi sebagai lumbung pertahanan yang dibangun di padepokan kepercayaan raja-raja untuk mengumpulkan kasatria dan brahmana, yang akhirnya menjadi tempat terkenal dan menjadi ramai.
Kembali kepada permasalah sumber air sekarang yang bernama sumber Songo , saat itu digunakan sebagai ritual pengejawantahan prajurit dan airnya juga digunakan untuk kebutuhan minum sehari-hari.
Pada saat jaman kerajaan Islam, sumber ini yang pada awalnya memiliki satu sumber, karena dirasa kebutuhan air bersih dirasa kurang, maka secara upacara ritual berdo'a berkat kharomah seorang murid dari wali songgo, maka sumber tersebut bisa memancarkan sembilan mata air, maka sampai sekarang sumber itu lebih dikenal dengan nama "Sumber Songo"
Pada saat jaman kerajaan Islam, sumber ini yang pada awalnya memiliki satu sumber, karena dirasa kebutuhan air bersih dirasa kurang, maka secara upacara ritual berdo'a berkat kharomah seorang murid dari wali songgo, maka sumber tersebut bisa memancarkan sembilan mata air, maka sampai sekarang sumber itu lebih dikenal dengan nama "Sumber Songo"