ASAL-USUL NAMA SUNGAI MOLEK
JEJAK SEJARAH, FUNGSI, DAN KISAH DI BALIKNYA
Abstrak
Sungai Molek di Kepanjen, Kabupaten Malang, bukan hanya aliran air biasa. Ia menyimpan sejarah panjang, fungsi vital dalam irigasi, dan makna budaya yang hidup dalam memori masyarakat. Nama "Molek" tidak hadir begitu saja, melainkan merupakan hasil perpaduan antara bahasa Belanda, keindahan alam, fungsi sungai, dan peran perempuan dalam kehidupan sehari-hari. Artikel ini mengupas asal-usul nama Sungai Molek berdasarkan catatan sejarah kolonial, fungsi hidrologi, serta narasi sosial masyarakat sekitar.
1. Pendahuluan
Sungai Molek adalah bagian penting dari lanskap alam dan sejarah Kabupaten Malang, terutama di wilayah Kepanjen. Sungai ini bukan hanya sumber air, melainkan juga cermin budaya lokal. Namun, dari mana sebenarnya nama “Molek” berasal? Kata ini menarik, karena dalam bahasa Jawa atau Indonesia, “molek” berarti cantik. Namun sejarah membuktikan bahwa maknanya lebih kompleks dari sekadar estetika.
2. Asal Usul Nama “Molek”
2.1. Dari Bahasa Belanda: “Molek Werken”
Pada masa kolonial Hindia Belanda, sungai ini merupakan bagian dari proyek besar irigasi yang disebut “Molek Werken”. Dalam bahasa Belanda, “werken” berarti pekerjaan atau konstruksi. “Molek werken” secara harfiah berarti pembangunan irigasi Molek yang dibangun antara tahun 1901 hingga 1904 oleh Dinas Pekerjaan Umum Sipil (BOW).Nama ini tercatat dalam dokumen resmi Belanda seperti:
- Het Algemeen Irrigatieplan van 1890
- Verslag over de burgerlijke openbare werken in Nederlandsch-Indië 1902/1903
Proyek ini meliputi pembangunan DAM, jembatan talang shypon di atas Kali Metro.
2.2. Dari Bentuk Sungai: “Molek” Seperti Penari
Sungai ini berkelok-kelok lembut di antara perbukitan dan pemukiman, mirip liukan tubuh seorang penari. Masyarakat menggambarkannya seperti seorang gadis cantik yang sedang menari, maka disebutlah “Molek”, dalam arti “indah” atau “elok”.
2.3. Dari Aliran Air: “Mulek” yang Menggelora
Dengan banyaknya DAM kecil di sepanjang sungai, air jatuh membentuk arus deras dan riak-riak bergelombang. Fenomena ini disebut masyarakat lokal sebagai “mulek”, yaitu bunyi atau bentuk air yang deras, mengalir dengan kuat.
2.4. Dari Aktivitas Perempuan: Sosial-Budaya “Molek”
Pada masa lalu, banyak gadis dan ibu-ibu mandi, mencuci pakaian, hingga mencuci beras di sungai ini. Sosok-sosok perempuan ini menjadi pemandangan umum, sehingga masyarakat menyebutnya sebagai “Sungai Molek”, merujuk pada kehadiran perempuan-perempuan “molek” di pinggir sungai.
3. Fungsi Sungai Molek
3.1. Irigasi Pertanian
Sungai Molek adalah bagian dari Daerah Irigasi Induk Molek yang mengambil air dari Bendung Blobo. Sistem ini menyuplai air ke:
- 3 kecamatan: Kepanjen, Kromengan, Sumberpucung
- 13 desa pertanian, termasuk: Sukoraharjo, Penarukan, Cepokomulyo, Jatikerto, dan Karangkates.
Pada masa kolonial, irigasi ini mendukung konsesi Pabrik Gula Panggungrejo, mengairi 4.600 hektar sawah.
3.2. Pengendali Banjir
Dengan dibangunnya DAM Molek, sungai ini juga berfungsi mencegah banjir musiman yang sebelumnya merusak pemukiman dan lahan pertanian.
4. Peran Sosial dan Wisata
Sungai Molek adalah tempat berinteraksi sosial masyarakat:
- Tempat mandi, mencuci, dan bersosialisasi
- Sekarang juga menjadi objek wisata alam dan sejarah di Kepanjen, terutama di sekitar shypon peninggalan Belanda di atas Kali Metro
Pemerintah melalui UPTD Kepanjen dan Sumberpucung juga menjaga kawasan ini sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH).
5. Upaya Pelestarian
Untuk menjaga fungsi Sungai Molek, masyarakat dan pemerintah melakukan:
- Penghijauan dan penanaman pohon di bantaran sungai
- Pembersihan sungai secara berkala
- Edukasi lingkungan dan larangan pembuangan sampah atau limbah ke sungai
6. Penutup
Asal-usul nama Sungai Molek adalah kisah yang menyatukan sejarah kolonial, keindahan alam, fungsi ekologis, dan budaya lokal. Nama “Molek” tidak hanya mengacu pada arti “cantik”, tetapi juga pada warisan teknis, sosial, dan estetis yang membentuk identitas masyarakat Kepanjen dan sekitarnya.
Daftar Pustaka
- Ravesteijn, Wim. De zegenrijke heeren der wateren: Irrigatie en staat op Java, 1832-1942. 1997.
- Verslag over de burgerlijke openbare werken in Nederlandsch-Indië 1902/1903.
- Hartveld, J. Raising Cane: Linkages, Organizations and Negotiations in Malang’s Sugar Industry. 1996.
- Arsip BOW, Hindia Belanda.
- Catatan lapangan dan wawancara masyarakat lokal (2014).
0 komentar anda:
Posting Komentar