ARCA BESAR GANESHA DI BENDUNGAN SUTAMI
Adalah Peninggalan Kerajaan Singgosari
oleh : Agung Cahyo Wibowo
Penulis mencoba memberi informasi tentang letak keberadaan Arca Ganesha, yaitu di jalur Malang - Blitar, kalau pembaca kebetulan membawa kendaraan bermotor silahkan berhenti didepan "Taman Rekrekreasi Karangkates" lalu bertanya kepada warga sekitar pasti akan ditunjukkan tempatnya, dengan arahan belok ke arah Masjid Besar (kanan jalan) lalu menuju belakang Kompleks Wisma Perum Jasa Tirta, disitu tampak dari jauh pohon beringin besar di tepi pertigaan jalan",
Sedikit cerita saat penulis bermain ke rumah penduduk perkampungan, sempat mendengar cerita tentang keberadaan arca Ganesha, bahwa arca tersebut ditemukan ditepi sungai Brantas, bertepatan saat bendungan PLTA Sutami mulai dibangun, kemudian dipindahkan ke atas bukit kecil.
Keterangan berikutnya bahwa, Arca Ganesha ini bentuknya cukup unik, juga berukuran besar dengan posisi berdiri (tinggi 3 meter). Padahal umumnya arca Ganesha yang ditemukan di Indonesia posisi duduk bersila diatas tikus. Sedangkan arca Ganesha ini dalam bentuk berdiri di atas tumpukan tengkorak (mitologi wahana dari Ganesha). Arca Ganesha pada umumnya berdiri si belakang dewa Shiwa sedangkan arca jaman Singgosari ini berdiri sendiri, keadaan ini merupakan simbol yang menggambarkan tentang permohonan perlindungan dan ketentraman ke pada sang dewa terhadap kawasan kekuasaan penguasa Singasari.
Keterangan yang belum banyak diketahui tentang keberadaan penemuan peninggalan yang berada di sekitar bendungan, antara lain :
- Tembok Luluh, yang berada dibawah jembatan dari archa Ganeshe menuju arah Desa Kalipare, terus ada lagi di pertemuan sungai lahor dan sungai bening sumberpucung. Kedua ini hanya tampak kalau debet air berkurang banyak (sungai aslinya)
- Batu Lingga dan yoni berbentuk alat fital laki-laki (mungkin sudah hilang), berada di jalan menuju desa Kalipare.
Sedikit pendapat :
Dari keterangan diatas. dapatlah disimpulkan bahwa fungsi arca Ganesha lalu bata luluh yang letaknya diperbukitan batu (desa Seloredjo-karangkates) tujuan raja Singgosari membangun adalh untuk pertahanan menghadapi musuh dari arah barat secara alam dan gaib yang memang perlu adanya do'a dan pertolongan dewa.
Hal tersebut dimungkinkan kerajaan Dhaha masih belum mutlak untuk mengakui keberadaan kerajaan Singasari sebagai raja diraja, maka untuk menanggulangi serangan musuh atau masuknya mata-mata diharapkan melalui rintangan "bata luluh" agar pasukan mempunyai niat jelek atau akan menyerang akan menjadi lunak emosinya lalu sabar dan kembali lurus hatinya,
Pertahanan tersebut terus digunakan mulai Singgasari, Sengguruh, masa pertahanan Majapahit akhir, masa ekspansi Mataram Islam ke Sengguruh. Dan Pada masa Kolonial Belanda keberadaan benteng luluh sudah rusak dan pada masa merdeka menjadi tenggelam kedalam Dam air (bangunan Bendungan Sutami), sedangkan benteng Sengguruh (sekarang di desa Jenggolo) di ubah menjadi tempat pelatihan militer oleh Kompeni dan benteng di pegunungan buring dibiarkan rusak (disebut kuto Bedhah)
Ada cerita dari sesepuh Kepanjen mbah Brintik (sekarang usia 89 tahun), pernah di beri pitutur oleh rama beliau yang tinggalnya di gunung Kawi, bahwa siapa yang tinggal atau berada di sebelah timur aliran Sungai Brantas dan Metro kalau ada bencana alam atau perang pasti diberi keselamatan, salah satu alasan ditempatkannya pasukan Kepanjian.
Informasi lain tentang makna Arca Ganesha...?
Dalam relief, patung dan lukisan, ia sering digambarkan berkepala gajah, berlengan empat dan berbadan gemuk. Ia dikenal pula dengan nama Ganesha, Ganapati, Winayaka dan Pilleyar. Nama Ganesha lebih ditujukan kepada Bhatara gana dalam posisi duduk dan sikap kaki wirasana, sedangkan nama GANAPATI lebih ditujukan kepada Bhatara Gana dalam posisi berdiri.
Tentang Arca Ganesha didalam agama Hindu, termasuk salah satu dewa yang paling populer, di samping Dewa-dewa Trimurti yakni
1. Brahma (dewa pencipta alam semesta),
2. Wisnu (dewa pemelihara alam semesta), dan
3. Siwa (dewa perusak alam semesta).
Arti nama Ganesha adalah sebuah kata majemuk dalam bahasa Sanskerta, terdiri dari kata gana, berarti kelompok, orang banyak, atau sistem pengelompokan, dan isha, berarti penguasa atau pemimpin. Kata gana ketika dihubungkan dengan Ganesha seringkali merujuk kepada para gana, pasukan makhluk setengah dewa yang menjadi pengikut Dewa Siwa. Istilah itu secara lebih umum berarti golongan, kelas, komunitas, persekutuan, atau perserikatan. Ganapati, nama lain Ganesha, adalah kata majemuk yang terdiri dari kata gana, yang berarti “kelompok”, dan pati, berarti “pengatur” atau “pemimpin”.
Winayaka adalah nama umum bagi Ganesha yang muncul dalam kitab-kitab Purana Hindu dan Tantra agama Buddha. Nama ini mencerminkan sebutan terhadap delapan kuil Ganesha yang terkenal di Maharashtra yang mahsyur sebagai astawinayaka. Nama Wignesa dan Wigneswara (Penguasa segala rintangan) merujuk kepada tugas utamanya dalam mitologi Hindu sebagai pencipta sekaligus penyingkir segala rintangan (vighna).
Sejak bertahun-tahun lalu temuan arca Ganesha dari seluruh Indonesia sangat banyak jumlahnya. Ada yang berhiasan sederhana, ada pula yang kelihatan megah. Hal ini tentu saja disesuaikan dengan keterampilan seniman pembuatnya atau kondisi ekonomi masyarakat sekitarnya. Ganesha adalah dewa berkepala gajah. Di kalangan masyarakat Hindu, Ganesha dianggap setengah manusia dan setengah dewa. Peranan Ganesha begitu penting karena dia adalah anak Dewa Siwa.
Masyarakat Hindu percaya Ganesha merupakan dewa ilmu pengetahuan. Maka di banyak tempat, termasuk di Indonesia, sampai sekarang masyarakat Hindu sering membangun kuil berisi Dewa Ganesha. Konon hal ini dimaksudkan agar anak-anak yang dilahirkan menjadi pintar dan berbakti kepada orang tua.
Sebagai dewa ilmu pengetahuan, Ganesha selalu mengundang kekaguman para pakar ikonografi (pengetahuan tentang seni arca kuno) karena bentuk, gaya seni, dan langgamnya yang berbeda-beda. Namun ciri utama Ganesha tetap sama, yakni memiliki belalai yang sedang mengisap isi mangkok dalam genggaman tangan depannya. Mangkok tersebut, menurut mitologi Hindu, berisi cairan ilmu pengetahuan yang tidak habis-habisnya walaupun diisap terus-menerus olehnya. Hal inilah yang kemudian diidentikkan dengan ilmu pengetahuan, yang tak pernah habis digali dan tak pernah henti digarap. Mungkin, hal demikianlah yang diharapkan dari para manusia.
Karena popularitas Ganesha sangat tinggi, dia juga dipuja sebagai dewa penyingkir segala rintangan, baik gangguan gaib (magis) maupun gangguan fisik. Ganesha semakin dipuja karena dia memiliki sahabat karib tikus. Sang tikus kemudian dijadikannya sebagai wahana (kendaraan tunggangan). Karena itu dalam pengarcaannya Ganesha selalu menunggang tikus (musaka). Musaka merupakan simbol dari keangkuhan diri. Jadi diharapkan musaka itu akan berperan sebagai pengendali dari keangkuhan seseorang/musuh."
Dan Menurut Koordinator Wilayah Percandian di Malang dan Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Timur, Bapak Suryadi, Arca Ganesha yang bentuknya besar, pernah diketemukan :
1. Di dekat bendungan Ir. Sutami Karangkates - Sumberpucung - Malang
2. Di gunung Semeru ditemukan oleh orang Belanda terus dibawah ke Leiden, Belanda.