Maestro Komik Indonesia
yang Pernah Dipinang Marvel
Bagi para pencinta komik, nama Teguh Santosa bukan sekadar legenda, tetapi ia adalah simbol kejayaan komik Indonesia yang pernah bersinar terang di tengah dominasi global. Lahir di Kepanjen - Malang, Jawa Timur, pada 1 Februari 1942, Teguh dikenal lewat goresan ilustratif yang eksotik dan detail yang menakjubkan, menjadikannya salah satu komikus papan atas negeri ini sejajar dengan R.A. Kosasih, Jan Mintaraga, Hans Jaladara, dan Ganes Th.
Teguh Santosa tak hanya berjaya di dalam negeri. Namanya bahkan menggema hingga ke markas besar Marvel Comics di New York. Penerbit komik raksasa dunia itu pernah meminangnya sebagai ink-man untuk serial-serial legendaris seperti Conan, Alibaba, dan Piranha. Meski tidak menempuh pendidikan seni formal tinggi, Teguh membuktikan bahwa bakat alami dan semangat belajar dari para maestro lokal seperti Kentardjo, Soenarto PR, dan Kirdjomulyo bisa membawanya ke kancah dunia.
Karya pertamanya, Paku Wojo, lahir pada tahun 1964 dan disusul oleh roman sejarah Ranggalawe. Sejak itu, produktivitasnya tak terbendung. Selama hidupnya, ia menciptakan lebih dari 125 judul komik, termasuk tokoh legendaris ciptaannya, Mat Pelor, yang menjadi ikon tersendiri di kalangan pembaca.
Namun, takdir berkata lain. Di tengah lesunya industri komik Indonesia akibat serbuan komik impor Jepang, Teguh Santosa wafat pada 25 Oktober 2000 setelah berjuang melawan kanker yang menyerang tangan kanannya — ironi yang memilukan bagi seorang seniman gambar. Dunia komik Nusantara kehilangan salah satu pilar utamanya tepat di saat sedang mencari arah baru.
Teguh berasal dari keluarga seni. Ayah dan ibunya, Soemarmo Adji dan Lasiyem, adalah pemilik tobong ketoprak "Krido Sworo". Jiwa seni itu pun mengalir dalam darah anak-anaknya, Dhani Valiandra dan Dody Syailendra, yang meneruskan jejak seni sang ayah dengan kuliah di Institut Seni Indonesia. Bersama istri tercinta Sutjiati (almarhumah), Teguh meninggalkan warisan bukan hanya bagi keluarganya, tapi juga bagi seluruh ekosistem komik Indonesia.
Kini, dua dekade lebih sejak kepergiannya, nama Teguh Santosa tetap menjadi cahaya inspirasi bagi para komikus muda. Goresan-goresannya masih abadi, mengingatkan kita bahwa seni sejati tak pernah mati — hanya berganti medium, namun selalu hidup dalam hati pengagumnya.
0 komentar anda:
Posting Komentar