Sejarah Pasar Kota Kepanjen Malang

 
 
Pasar memang memiliki peran penting dalam kehidupan kita terutama dalam aspek ekonomi. Pasar sebagai tempat bertemunya penjual dan pembeli memungkinkan terjadinya transaksi jual-beli barang dan jasa yang memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen.

Dalam pasar, penjual dan pembeli dapat bertemu untuk melakukan tawar-menawar harga dan jumlah barang yang akan dibeli, sehingga terjadilah penentuan harga dan kuantitas yang disepakati oleh kedua belah pihak. Dengan adanya pasar, para produsen dapat mengetahui permintaan pasar terhadap barang dan jasa yang mereka hasilkan, sehingga mereka dapat menyesuaikan produksi dan menentukan harga yang tepat.

Pasar juga dapat menjadi tempat bertemunya penjual dan pembeli dari daerah yang berbeda, sehingga terjadi pertukaran barang dan jasa antar desa atau daerah. Hal ini memungkinkan terjadinya perdagangan yang membawa dampak positif bagi perekonomian suatu daerah.

Selain itu, pasar juga dapat menjadi pusat kegiatan sosial dan budaya. Di pasar, kita dapat bertemu dengan berbagai macam orang dari latar belakang yang berbeda-beda. Selain itu, pasar juga sering menjadi tempat untuk membeli makanan dan minuman tradisional yang khas dari suatu daerah.

Secara keseluruhan, pasar memang memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan kita, terutama dalam aspek ekonomi. Pasar memungkinkan terjadinya transaksi jual-beli barang dan jasa yang memenuhi kebutuhan konsumen, serta mempengaruhi perekonomian suatu negara secara keseluruhan.

Pasar tradisional atau pasar rakyat memang sering kali menjadi pusat perbelanjaan yang penting bagi masyarakat, terutama di daerah perkotaan. Dalam pasar tradisional, terjadi interaksi langsung antara penjual dan pembeli yang seringkali dilakukan dengan cara tawar-menawar harga, sehingga harga barang dapat berbeda-beda antara satu pedagang dengan pedagang lainnya.

Perpindahan lokasi pasar tradisional dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti pembangunan infrastruktur, perubahan kebijakan pemerintah, atau faktor lain yang berkaitan dengan kebutuhan dan kepentingan masyarakat. Namun, meskipun telah mengalami perpindahan tempat, pasar tradisional tetap menjadi tempat yang penting bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan sebagai tempat berinteraksi dengan sesama warga.

Ilustrasi...... gambar pasar era kerajaan,Penemuan uang gobok dan batu bata kuno dapat menjadi indikasi bahwa di daerah Kepanjen pernah ada pasar pada masa lalu. Namun, perlu diingat bahwa hasil penemuan tersebut perlu dikaji dan diverifikasi secara cermat oleh ahli sejarah atau arkeolog untuk mengetahui kebenaran dan sejarah pasar di daerah Kepanjen dengan lebih akurat.

Sebagai bagian dari sejarah dan budaya suatu daerah, pasar tradisional memang memiliki nilai penting dan bisa menjadi saksi sejarah yang menarik. Oleh karena itu, penelitian dan penggalian informasi tentang pasar tradisional di suatu daerah dapat memberikan banyak manfaat bagi masyarakat dan para peneliti dalam mempelajari sejarah dan budaya suatu daerah.

Setiap temuan atau informasi yang dapat menjadi bukti sejarah suatu daerah memang sangat penting untuk dikaji dan diverifikasi. Dengan adanya saksi-saksi hidup dan temuan arkeologi seperti batu-bata kuno, dapat membantu para peneliti dalam mempelajari sejarah dan perkembangan pasar di daerah Kepanjen.
Sebagai tempat berinteraksi antara penjual dan pembeli, pasar tradisional memang menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat di suatu daerah. Oleh karena itu, penelitian dan penggalian informasi tentang sejarah pasar di Kepanjen dapat memberikan banyak manfaat untuk memahami sejarah dan budaya masyarakat di daerah tersebut. Semoga informasi ini dapat membantu para peneliti dalam mempelajari sejarah pasar di daerah Kepanjen dengan lebih mendalam dan akurat. (klik vidio tentang dua orang saksi).

Penulis ingin bercerita tentang pengalaman saat mencari sumber informasi dari penduduk di wilayah dusun Legok tentang sejarah pasar di Kepanjen :
  1. Penemuan uang gobok dan separuh gerabah di sekitar perkampungan luar pondok pesantren Ketapang saat menggali pondasi rumah oleh seorang tukang bangunan (klik vidio tentang penemuan tersebut)
  2. Di utara bekas kandang ayam milik PT 'Ratu Ayam' di dusun Blobo, terdapat sebuah Yoni berukir pada bagian bawah. Pada sekitar tahun 90-an, ada cerita ada seorang sengaja mengotori Yoni tersebut lalu mengalami sakit gatal parah yang tidak sembuh-sembuh. Akhirnya keamanan masyarakat sekitar oleh Kyai pondok Ketapang, Yoni tersebut dipindahkan ke dalam pondok. Informasi ini dari kesaksian dari pemilik rumah yang jaraknya sekitar 150 meter dari tempat Yoni tersebut tepatnya dipekarangan belakang rumahnya (klik vidio tentang kesaksian tersebut)
  3. Pernah ditemukan tumpukan batu-bata besar di dalam area halaman SMP 3 Kepanjen yang sekarang dibangun menjadi ruang laboratorium. Kebenaran mengenai hal tersebut dapat ditanyakan pada mantan kepala desa yang menjabat pada masa itu (penulis memperkirakan sejaman dengan penemuan candi yang tertimbun tanah di desa Penarukan)
  4. Pada saat saya tunjukkan kepada Bapak Dwi Cahyono, dosen UM, beliau memberi keterangan bahwa batu lumpang yang ditemukan bukanlah lumpang batu kuno umumnya karena memiliki ciri khas lubang berbentuk persegi empat yang semakin dalam berbentuk kerucut, seperti bentuk batu dasar prasasti. Selang beberapa bulan dari kunjungan Bapak Dwi, penulis mendapat kabar dari seseorang yang menemukan uang gobok di atasnya. Orang tersebut menambahkan bahwa di bekas batu prasasti tersebut pernah ada empat patung model wayang orang, dan ketika ditanya, mereka mengaku berasal dari Lumajang. (Klik video dan foto tentang penemuan pondasi dasar prasasti.)
Dari pengalaman wawancara diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa di Dusun Legok Kepanjen pernah ada peradaban pada era kerajaan dan dapat dikatakan daerah tersebut padat penduduk.

Perpindahan pasar dari tepi sungai Brantas ke tempat pasar Penarukan disebabkan oleh adanya banjir bandang yang terjadi saat hujan badai dan tanah longsor. Kejadian ini menyebabkan pohon tumbang hanyut dan menyumbat aliran sungai Brantas. Akibatnya, airnya meluber ke tepi dengan membawa lumpur dan merusak wilayah pasar. Selain itu, lumpur yang menutupi wilayah pasar juga menyebabkan candi Penarukan ikut terpendam dengan tanah.

Keterangan diatas diperkuat oleh informasi di web www.indonesia.go.id yang membahas tentang judul "Rekayasa Air, Kunci Kejayaan Kahuripan" yang tertulis di Prasasti Pucangan tahun 1041 Masehi. Di dalam prasasti tersebut diceritakan adanya "Mahapralaya" atau bencana besar yang terjadi di Kerajaan Medang pada sekitar 939 Saka atau 1017 Masehi. Ahli epigrafi Belanda, H Kern, menerjemahkan prasasti ini dan mencatat terjadinya bencana alam dengan sebutan "Arnawa" atau "Ekarnawa". Bencana tersebut diduga sebagai banjir besar akibat lahar dingin dari hulu sungai Brantas yang membanjiri daratan seperti tsunami.

Tapi sayang, keadaan sekarang di sekitar wilayah tersebut di atas sudah banyak berubah. Mulai dibangun perumahan atau tanah kapling rumah murah. Menurut pengalaman penulis, pegawai dari kontraktor saat ditanya pasti tidak akan memberi keterangan yang diinginkan karena faktor ekonomi dan bisnis. Wilayah dusun Legok terlihat mulai berubah sejak tahun 2018. Jika masih ragu dengan keterangan penulis, silakan dicek sendiri.



Berselang waktu kurang dari dua tahun, penulis mendapat keterangan baru tentang foto di atas. Tanpa sengaja, penulis bertemu dengan sesepuh Desa Talangagung-Kepanjen yang bernama mbah To (Yanto), usianya lebih dari 90 tahun saat wawancara. Kebetulan, beliau tinggal tidak jauh dari tempat tinggal penulis. Walau usianya terbilang hampir satu abad, tapi beliau tetap beraktivitas sebagai petani sawah dan kebun. Sedikit cerita beliau saat jaman penjajah Belanda, dia pernah menjadi tentara KNIL di Sengguruh. Namun, disaat jaman Jepang beliau menganggur dan ikut aktifitas kegiatan pemuda Islam. Akhirnya, beliau bergabung ke pejuang Hizzbullah di Kepanjen saat clash dengan Sekutu dan Belanda.

Kembali kecerita foto diatas, penulis mulai melakukan tanya-jawab,  
Penulis     : "mbah To, panjenengan pirso foto meniko ..?",
                   sambil saya tunjukkan sebuah foto di Laptop.
Mbah To   : segera menjawab, "mas la iki lak fotone pasar Penarukan ta, 
                   gambar iki difoto tekok pertigaan dalan Penarukan, 
                   sebelah kali Molek, cedek kampung Mentaraman..", 
                   sambil menunjuk gambar pohon dan menyebut jenisnya. 
Penulis     : "Pindahe pasar apa o....? apa tilase pasar isik ono..?".
Mbah To   : menjelaskan lagi, "Mas pasar Penarukan iki pindah
                   sebabe Londo, mbangun kali Molek kanggo pengairane
                   sawah nyang desa Talangagung, Ngebruk karo Pucung"


Berdasarkan pertanyaan tentang foto, mbah To bercerita banyak tentang asal usul nama Kepanjen, pengalamannya dalam perang saat dinas di KNIL wilayah kerja di Distrik Sengguruh pada zaman Kerajaan Jenggolo. Keterangan yang diperoleh penulis dari narasumber tersebut benar dan logis, termasuk mengenai pasar Kepanjen, Malang. Selain itu, keterangan dari seseorang yang tinggal di tepi sungai Molek dan jalan Penarukan, yaitu bapak Heri Wahyudi, pensiunan Sekertaris Kelurahan Penarukan Kepanjen era 2006, membenarkan pendapat mbah To.
                 
Pasar Penarukan terletak di barat pertigaan jalan penarukan (Kepanjen timur),  jalan Penarukan adalah jalan pertama dan jalan besar yang menghubungkan Malang - desa Sengguruh. Pada saat itu jalan Penarukan sangat ramai sebelum dibangunnya jalan baru Kebonagung - Kepanjen. 
Bapak Herri W  : menambah keterangan, bahwa di jalan Penarukan tersebut
                          masih tersisa bekas adanya pasar, sekarang bernama 
                          pasar Krempyeng, letaknya di sekitar jalan Malang
                          dan masih ada bangunan toko lama tetap 
                          menjual kebutuhan pokok - mrancangan.

Pasar Penarukan pindahnya dari pasar tradisional yang terletak di barat sungai Brantas, dusun Legok-Kepanjen, penyebabnya karena bangunan, rumah dan candi yang dibangun ditepi sungai sering terkena banjir besar, lahar dingin yang disertai lumpur, kayu dan pohon tumbang yang menerjang lalu menyapu apa saja yang dilewati dan telah menenggelamkan tempat-tempat, dibangun yang ada ditepi sungai Brantas. Tentunya cerita poeristiwa "Banjir Sunami" diatas berdasarkan tulisan di Prasasti (jaman Medang Kamulyan) dan buku Negarakertagama (setelah jaman Mojopahit). Tentunya sisa penduduk yang selamat dari bencana Alam akhirnya berpindah dari tepi sungai ke tepat pedalaman hutan.

Setelah keadaan tenang  dan aman dari becana dan perang, otomatis kehidupan ekonomi timbul lagi, dengan tumbuhnya kebutuhan dasar manusia untuk memenuhi "papan, pangan dan sandang", dipastikan di era kerajaan Sengguruh pasar  Penarukan berdiri sampai pada jaman awal penjajah Belanda masuk Kepanjen awal abad 18 (bukti foto dokumen) dan bergabungnya Penguasa wilayah Sengguruh dengan Kadipaten Malang bentukan Penjajah Belanda tahun 1886, disusul  penguasa Trunyan 1888 (bukti dokumen catatan dari inggris).  Wilayah Malang mulai dipimpin oleh seorang Adipati pada tahun 1839, setelah fakum adanya perang Diponegoro.

Belanda mulai menguasai Kadipaten Malang setelah menggantikan VOC di Jawa, sekitar awal-pertengahan abad 18 masehi, pedagang Belanda sudah tidak tertarik lagi beli rempa-melalui Dermaga Gersik - Lamongan - Pasuruan, Belanda ingin mencari rempa-rempa dengan cara menanam sendiri, membeli kayu, buah-buahan, pohon dan tanaman yang dibutuhkan oleh bangsa Eropa. Maka pedagang mancanegara dan  Belanda mulai masuk ingin memiliki tanah subur ditempat pedalaman.

Akhirnya dengan masuknya pedagang asing ke pedalaman guna membeli langsung ke pribumi dengan harga jauh lebih murah, dianggap bisnis yang menjanjikan suatu keuntungan besar. Karena jalan dari pelabuhan menuju Kebalen-Malang diteruskan ke Sengguruh-Malang sangat sulit dan berbukit-bukit akhirnya "dibangunlah jalur  tepi sungai Brantas" (sekarang Kebalon (kota lama)  - Gadang - Segenggeng - Kepanjian - Panggung - Sengguruh - Tugaran (Jenggolo) - ke wilayah Blitar) berupa jalur kuda, sapi dan kerbau untuk menarik "Cikar dan Dokar" sehingga jalur tranportasi antara daerah Kebalon dan Kepanjian (Sengguruh) semakin ramai.

Kalau dilihat dari foto pasar Penarukan diatas, terlihat tempat Kepanjian di Sengguruh pada tahun  sebelum 1900 masehi sudah sangat ramai.

kenapa disebut pasar Penarukan..?

Penulis mencoba menjawab dengan melakukan survei ke tempat, mendapat informasi keterangan penduduk sekitar area, dan beberapa landasan teori. Dijalur jalan Kebalon dan Kepanjian, dari arah utara ke selatan, terdapat sungai yang memotong jalan yang bernama "Sungai Pethung". Tempat tersebut berada di daerah "Dungulan". Selain itu, ada jalan yang berbelok menyerong ke barat menuju Sengguruh, yang sekarang dikenal sebagai Jalan Panji.

Di posisi belokan, terdapat tempat di mana dokar menurunkan penumpang dan cikar untuk menurunkan barang dagangan, lalu ditaruh di tempat penarukan di pasar Dungulan. Barang dagangan tersebut berasal dari petani desa Tegaron, Dilem, Panggung, Lelumbang, dan Sengguruh untuk dijual hasil buminya.


Tempat penarukan barang dagangan ini yang paling besar banyak didatangi adalah "Tempat Koplaan", tempat koplaan ini adalah tempat turun barang-barang sebelum dibawah kepasar dungulan dan menaikan barang hasil pembelian dipasar. Karena pasar dungulan ini adalah satu-satunya pasar besar yang ada era Mataram Islam di daerah Sengguruh, lama kelamaan nama pasar besar Dungulan berubah julukan menjadi pasar Penarukan Sengguruh di Kepanjian.

Pasar Penarukan ini pindah tempat saat Sengguruh masuk wilayah Kadipaten Malang tahun 1886, dari milik Penguasa wilayah sengguruh menjadi Kawedanan Sengguruh (Distrik) yang urutan ke-7 dalam wilayah Kadipaten Malang.

Karena telah masuk wilayah Kadipaten Malang, maka dipugar dan dibangunlah kantor Kawedanan Sengguruh di Kepanjen, letaknya sekarang di Dinas Pendidikan Kabupaten Malang. Seperti budaya tata bangunan di kantor pemerintahan Mataraman, maka di dibangun :
- sebelah barat masjid syalafia,
- sebelah timur kantor skrening dan penjara, pegadean, pasar penarukan
  perumahan pejabat (jalan Mentaraman)
- sebelah selatan tanah lapang
- Sebelah utara tanah lapang

Dengan adanya perubahan Revolusi Industri ke dua, telah diproduksi angkutan berupa Kereta Api Uap, Model Irigasi sawah, Kawedanan Sengguruh terkena dampak oleh pembangunan yang dilakukan Belanda. Pada awal tahun 1900 masehi telah dibangun :
- Sungai untuk irigasi sawah,
  Memperbaik aliran sungai mulai Blobo melintas ke wilayah Kepanjen
- Membuat irigasi pokok menuju sumber pucung
- Membangun jembatan melintasi sungai Pethung, sungai Sukun
- Membangun Talang Zhippon di atas dungai Metro
- Membangun jembatan kereta api di Panggungredjo
- Dibangun Stasiun Kepanjen
- Fungsi Padepokan kanuragan era kerajaan dirubah
  menjadii latihan tembak snapper tentara KNIL di gunung Bendera Pagak

Karena pesatnya pembangunan di wilayah Kepanjen saat itu, tentunya akan terjadi perubahan letak posisi tempat didalam wilayah kepemerintahan, salah satunya adalah "Pasar Penarukan" pindah ke lapangan Sawunggaling, sebab pemindahan ini karena akan dibangun saluran besar untuk irigasi sawah disertai bangunan dam-dam pembagi air, proyek besar ini diselesikan dalam waktu sekitar 4 tahun.

Kembali pada pembahasan tentang pasar tradisional Penarukan, dimana saat itu para pedagang berjualan dengan membangun tempat jualan dengan semi permanen, di wilayah dekat dengan pasar rumah penduduk sudah ramai dan selatan pasar adalah rumah para pejabat setingkat Wedono banyak membuat rumah disekitar pasar (sekarang jl. Mentaraman).



                         


Pasar Baru Kepanjen dibangun dengan bangunan permanen yang memiliki konstruksi kuat dan penataan tempat yang teratur per blok. Terdapat blok untuk pedagang rutin bahan mentah makanan atau pasar basah, blok untuk pedagang pakaian dan makanan atau pasar kering, dan blok di sisi timur yang digunakan sebagai pasar hewan."

Pasar Baru Kepanjen dibangun sebagai pengganti Pasar Lawas Sawunggaling. Pasar ini dibuat dengan bangunan permanen dan konstruksi kuat, sehingga lebih tahan lama dan memberikan fasilitas yang lebih baik bagi para pedagang dan pembeli. Penataan tempat yang teratur juga memudahkan pembeli dalam mencari barang yang mereka butuhkan dan memudahkan para pedagang dalam menjalankan usahanya. Terdapat tiga blok di Pasar Baru Kepanjen, yaitu blok untuk pedagang rutin bahan mentah makanan atau pasar basah, blok untuk pedagang pakaian dan makanan atau pasar kering, dan blok di sisi timur yang digunakan sebagai pasar hewan. Dengan adanya blok-blok ini, pedagang dan pembeli dapat lebih mudah menemukan barang yang mereka cari.
 

  1. Tahun 1980 : dibongkar separuh area pasar dengan merubah bangunan depan pasar menjadi pasar kering dan letak kantor Dinas Pasar di lantai 2, sedangkan dibelakang sbg pasar basah 
  2. Tahun 1994 : depan pasar dibuat lantai 2, untuk bedak alat dan bedak el ektrodengan merubah bangunan depan menjadi pasar kering dan dibelakang pasar basah, dengan selesainya bangunan pasar Kepanjen berubah status     menjadi pasar induk.










ARTIKEL POPULER

edisi kusus

edisi kusus
Klik gambar... untuk melihat cerita, silsilah, foto keluarga Darmoredjo