Sejarah Sungai Molek Kepanjen

ditulis : Agung Cahyo Wibowo




Peran Sungai Molek begitu vital bagi kehidupan sehari-hari warga sekitar yang banyak mengunakan adalah gadis dan ibu-ibu untuk cuci pakaian, mandi dan mencuci beras maka dipinggir sungai kelihatan tubuh wanita 
disebut
 ④ "MOLEK". 

Dengan keterangan cerita diatas  penulis mencoba memberi tahu tentang asal usul "nama sungai Molek" betrdasarkan keterangan 

Selain sebagai sumber air irigasi yang membasahi sawah-sawah yang subur, sungai ini juga menjadi tempat mandi dan mencuci bagi masyarakat sekitar. Dengan adanya penbangunan DAM Molek ini maka pada musim hujan tiba ancaman  banjir yang menimbulkan kerusakan bagi pemukiman dan lahan pertanian di sekitarnya sudah tidak lagi.

Ternyata, Kali Molek yang mengalir melalui Kota Kepanjen ini memiliki peran lebih luas. Ia adalah bagian dari daerah irigasi Induk Saluran Molek, sebuah sistem irigasi yang penting untuk pertanian di wilayah sekitar. Daerah irigasi Molek ini memanfaatkan air dari Bendung (DAM) Blobo untuk mengairi jaringan irigasi yang melintasi tiga kecamatan: Kepanjen, Kromengan, dan Sumberpucung. Wilayah ini mencakup 13 desa yang bergantung padanya untuk kesuburan tanah dan pertanian yang berkelanjutan. Desa-desa seperti Sukoraharjo, Penarukan, Cepokomulyo, Talangagung, Jatikerto, Slorok, Ngebruk, Sambigede, Jatiguwi, Sumberpucung, dan Karangkates, semuanya bergantung pada Sungai Molek untuk kelangsungan hidup mereka. Sungai Molek, dengan segala keunikan dan tantangannya, merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan dan mata pencaharian masyarakat di sekitarnya.

Pemerintah dan masyarakat setempat terus berupaya untuk menjaga kebersihan dan ketersediaan air di Sungai Molek agar dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan. Beberapa program penghijauan dan penanaman pohon dilakukan untuk mengurangi erosi dan meningkatkan kesuburan tanah di sekitar sungai. Selain itu, juga dilakukan kegiatan pembersihan sungai secara berkala untuk mencegah penumpukan sampah dan limbah yang dapat mencemari air sungai.


Sejarah Sungai Molek

Dalam buku De zegenrijke heeren der wateren: Irrigatie en staat op Java, 1832-1942 (1997: 162), Wim Ravesteijn membuat tabel yang berisikan Het Algemeen Irrigatieplan van 1890 (Rencana Irigasi Umum Tahun 1890). Pada urutan ke-21 tertulis proyek irigasi dengan nama "Molek Werken" (pembangunan saluran irigasi Molek) yang pelaksanaan konstruksinya dilakukan dari tahun 1901 hingga tahun 1904.


Pengerjaan proyek Molek werken ini dilakukan oleh Burgerlijke Openbare Werken (BOW) atau Dinas Pekerjaan Umum Sipil masa Hindia Belanda. Laporan Pekerjaan Umum Sipil Hindia Belanda meliputi jembatan dan jalan, pelabuhan, irigasi dan pengairan, tenaga air dan listrik serta kesehatan.

Melansir tulisan Hartveld dalam Raising cane : linkages, organizations and negotiations in Malang's sugar industry, East Java (1996: 77) disebutkan bahwa untuk mendukung kegiatan pabrik gula, Pemerintah Hindia Belanda membangun dua proyek irigasi di Kabupaten Malang, yakni irigasi Molek (Molek werken) dan irigasi Kedungkandang (Kedungkandang werken). Proyek Molek ini mampu mengairi sawah seluas 4.600 hektar di wilayah konsesi Pabrik Gula Panggungrejo, sedangkan proyek irigasi kedua mampu mengairi sawah seluas 4.700 hektar yang menjadi area konsesi Pabrik Gula Sempalwadak dan Krebet.

Daerah-daerah penghasil tebu di Malang antara lain Bululawang, Gondanglegi, Dampit, Kepanjen, Sumberpucung dan Wajak. Tanaman tebu dibudidayakan baik dalam skala besar oleh perkebunan besar maupun dalam skala lebih kecil secara swakarsa oleh rakyat.

Sungai Molek juga menjadi salah satu objek wisata alam yang menarik di Kecamatan Kepanjen. Anda bisa menikmati keindahan alam sekitar sungai dengan berjalan-jalan atau trekking di sepanjang aliran sungai. Namun, saat berkunjung ke sungai ini, pastikan untuk memperhatikan keselamatan dan menjaga kebersihan lingkungan sekitar.

Setelah Indonesia merdeka, Kali Molek dikelola Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Kepanjen dan wilayah UPTD Sumberpucung wilayah Kabupaten Malang. Untuk yang melintas Kota Kepanjen, di sekitar sempadan Kali Molek digunakan untuk ruang terbuka hijau. 

Sementara itu, peninggalan Shypon Metro sebagai bagian dari Molek werken, sekarang ini selain berfungsi sebagai ruang terbuka hijau juga digunakan untuk wisata nan eksotis dengan pipa-pipa air raksasa peninggalan Belanda di atas Kali Metro yang dikitari oleh rerimbunan pepohonan dengan diselingi kicauan burung dan suara riak air Kali Metro.

0 komentar anda:

ARTIKEL POPULER

edisi kusus

edisi kusus
Klik gambar... untuk melihat cerita, silsilah, foto keluarga Darmoredjo