LEGENDA JOKO SENGGURUH

 

diterjemahkan oleh Agung Cahyo Wibowo



Penulis mencoba menterjemahkan  dari Bahasa Belanda ke Bahasa Indonesia artikel legenda yang ditulis oleh koran jaman Belanda, bernama DE SOMATRA POS, pada hari Selasa, 29 April 1941, dengan judul "De Mythe Van Goenoeng Gampingan De barre tocht van Djoko Senggoroh", penulis sedikit berkomentar bahwa Joko Sengguruh ini seorang Pangeran yang berasal dari Kerajaan Sengguruh. 

Dengan adanya cerita legenda yang ditulis oleh seorang reporter Belanda maka bertambah satu bukti sejarah keberadaan Kerajaan Sengguruh di Malang Selatan, walaupun berupa data skunder, yaitu data berasal dari cerita foklor / legenda lokal. untuk lebih asiknya silakan dibaca sendiri :


     "Daerah Sengguruh" berada berdekatan dengan Kepandjen dan terletak di selatan kaki pegunungan batu kapur, sekarang dikenal sebagai "lapangan tembakan militer jarak jauh", di jaman dahulu saat dibawah kekuasaan Adhipati Djenggolo, seorang penguasa yang kuat saat itu.

       Ada peristiwah kutukan diistilahkan seperti embun telah membeku, yaitu ada seorang gadis cantik yang sangat menderita karena adanya teror dari roh jahat berupa raksasa, yang menumpahkan banyak malapetaka kepada orang-orang di pedesaan, dengan kutukan adanya serbuan buaya-buaya yang terletak dimana "Danau Telogosari" yang sangat luas berada didataran "Malang sari" yang damai dan berubah menjadi kacau.

      Adhipati Jenggolo memiliki putra angkat, bernama Djoko Sengguruh, dia telah ditunjuk sebagai pengganti menjadi Raja Sengguruh. Beliau tahu bahwa pemuda tersebut adalah Kasatriya Sejati, dan di sana dia diberi tugas untuk menyelesaikan perkara yang sangat sulit, yaitu membasmi kekacauan yang berada di daerah bagian selatan.

      Djoko Sengguru saat ditugaskan, mengerti bahwa dirinya tidak tahu apa yang harus dilakukan, karena berpegang pada ketaatan yang sungguh-sungguh, walaupun ragu  dan tidak siap. Karena amanat tugas tersebut  maka ia terpaksa bersiap-siap dengan mengenakan baju zirahnya, menuju ke arah selatan.

 

Daun Daun Pohon yang Merambat

 Disaat dia berdiri di tepi ngarai yang dalam sekali, lalu memberitahu kepada teman-teman seperjalan “berhenti.... bagaimana kita bisa melewatinya sekarang ! kalau tidak ada  jembatan. Lalu mereka segera turun ke ngarai yang banyak ditumbuhi pohon merambat dan pakis. Hal tersebut yang bisa menambah keterlambatan dan tidak ada  kepastian untuk bisa menyebrang.

 Di tempat tersebut ia memotong sebuah pohon besar, dengan akar diudara yang panjang dan kuat : dia mendapat kesan, tentang kemampuan mereka untuk menggunakannya, disaat itu, setelah diyakinkan tentang hal tersebut, ia menyatukan beberapa akar besar,  yang tergantung dipohon, diarahkan ke tepi sungai yang jaraknya jauh dan membutuhkan keberanian yang besar, untuk menyeberang ke tepi sungai lain.

 Sebuah jembatan bisa dibangun di tempat tersebut membutuhkab waktu bertahun-tahun. Sampai perjalanannya sudah terlambat, cara yang tepat yaitu menggunakan tali." Dan sebelah timur ada pohon vicus elastica, yang memili akar pohon yang sangat panjang, yang berani menggunakan adalah seorang pangeran yang pemberani.

Batu

 Untungnya, tidak jauh dia berdiri, melihat sebuah batu yang menjorok keatas. “Ah, hal itu bisa membuat keberaniannya muncul untuk masuk ke dalam gua karena ada cahaya terang yang bisa menembus dinding kapur berwarna putih tersebut, tempat itu bisa digunakan sebai tempat yang aman dan baik untuk berlindung.

 "Gunung Gampingan" akhirnya dijadikan sebuah nama tempat sebagai rasa terima kasih, saat masih berdiri seperti semula dan menghadap ke "ujung barat" lalu memberi nama lagi, sehingga membuat penduduk  senang hati karena telah ditunjukkan kepada orang asing, sebuag gua yang jelas-jelas masih berjiwa (angker).

 Selanjutnya Pangeran-pemberani melanjutkan perjalanan dengan melalui pegunungan. Suatu saat di sampai mendapati dirinya telah berada di sebuah punggung bukit, yang saat itu dari kaki bukit juga terdengar suara gemuruh yang sangat mengerikan, situasi yang tidak menyenangkan, seakan terdengar suara ribuan hewan sedang kelaparan untuk mencari makantetapi binatang tersebut tidak terlihatat, tetapi dia tahu bahwa suara itu berasal dari buaya yang tinggal di aliran sungai-sungai yang lebih rendah.

Melawan bahaya yang tak terlihat tentu saja dia tidak bisa melakukan apa-apa. Jadi dia terus melanjutkan perjalanannya, tetapi dalam benaknya dia menamai tempat tersebut sesuai pertama kali dia melihat suara auman buaya yang mengerikan yakni "Goenoeng Geger"  sebutan tempat ini sampai sekarang masih digunakan

Untuk Pemula mulai NOL :  WA : 08123.36.17717
KLIK gambar 

Saat perjalanannya telah dipuncak bukit yang tinggi dan dia telah melihat birunya laut selatan dari kejauhan, tetapi belum sempat datang dilaut tersebut bertemu dengan perusuh atau pembuat onar di wilayah tersebut. Dan dia telah merasakan badannya sangat lelah dalam perjalan panjang, keraguan dihatinya muncul : bukankah ada cara yang lebih mudah yakni berbalik arah dan memberi tahu Adhipati bahwa dalam perjalannya dia tidak melihat apa-apa.. ?

Perjuangan melawan keraguan hanya berlangsung sebentar: karena dia segera sadar bahwa dia adalah seorang kasatriya yang harus memiliki arah tujuan yang kuat : selalu maju ! dan harus bangkit kembali semangatnya, timbul kembali untuk tujuan hidup yang lebih baik. Akhirnya  Djoko Sengguruh memberi nama tempat tersebut dengan nama "Pagak", yaitu sebagai pengingat Djoko Sengguruh dalam keadaan ragu akan tugas mulia yang diberikan,  dimana ditempat akhirnya tumbuh menjadi suatu desa yang makmur.

 Pertemuan Pertama

Terinspirasi oleh keberanian seorang pahlawan muda, keinginan untuk  melanjutkan sampai  tiba di sebuah danau yang sangat luas, yang tertutup  bunga-bunga yang indah, tempat itu bernama "Telogosari", tempat tersebut tidak ada yang sedikitpun gelombang air dan yang tampak dimata terlihat hamparan pertanian yang tumbuh subur

Djoko Senggoeroeh saat tiba pertama kali datang telah bertemu musuh yang bahaya di sana : yakni bahaya yang ada dari balik bunga-bunga yang tampak indah, bersembunyilah buaya-buaya dengan kepala yang menjulur-mengerikan dipermukaan air.

"Ha", pikir pemuda kasatria itu, "sekarang aku akan diserang..!". dan dengan berani dia melawan binatang buas tersebut, namun setiap satu monster buaya yang dia bunuh, munculah sepuluh atau lebih buaya lagi, jadi tidak lama kemudian dia merasa kwalahan dan bergegas untuk menyelamatkan diri.

Tanpa menoleh ke belakang, dia berlari ke sebuah lereng gunung, untuk keluar dari sungai, setelah sampai di lereng gunung, dia merasakan telinganya sudah tidak bisa mendengar suara auman para buaya lagi yang telah mengancamnya. Terasa sangat lelah, dia beristirahat untuk menghela nafas. Tapi tiba-tiba dia merasa bahwa dia tidak sendirian.

Melihat ke atas, tiba-tiba dia melihat seorang wanita yang sangat tua berdiri di sampingnya lalu dia berkata, "Jadi si Mbok, siapa dan apa yang si Mbok lakukan di ditempat yang sangat bahaya di pulau warna perak ini, dan tinggal Poeloe Selogogo". Jawab si mbok, "Saya bernama Nyai Gemi. Tapi apa yang kamu tuju datang ke tempat ini, hai ...anak muda?”

Dan kemudian dia mendengar wanita tua itu berkata: "Aku akan membantumu, pangeranku. Lihatlah kesini, bahwa buaya itu hanya bisa dimusnahkan dengan cara mengeringkan danau tempat tinggalnya, karena tanpa air mereka akan mati. Aku tahu bahwa air danau ini lebih banyak airnya mengalir ke jurang arah lautan yang letaknya di muara, hanya ada satu cara yakni menutup lorong itu. Sekarang jika kamu dapat menemukan dan membuka pintu, Anda akan mengalahkan semua buaya dan para raksasa yang menjadi pembantu mereka."

 "Ya, tapi di mana saya bisa menemukan pintu itu, dan bagaimana cara membukanya", desah sang pangeran. Lihatlah," kata wanita tua itu, "Aku akan membantumu. Ikuti saya, saya akan membawa Anda untuk memberikan kuncinya. Namun, dengan satu syarat: Anda sendiri yang mengembalikan kunci itu kepada saya ketika usaha Anda berhasil. "Jelas sekali. Djoko Sangguruh dengan sigap menjanjikan apa yang si mbok minta, dan memang Nyai Gemi telah menunjukkan kepada pangeran sebuah pintu bengkok di tanah, yang hanya bisa terbuka ketika oleh Nyai Gemi yaitu dengan kunci emas.

Dan lihatlah, pada awalnya sedikit air yang mengalir melalui lubang itu, tetapi segera air itu meluap menjadi sungai yang sangat deras, dan, berdiri di tempat ketinggian yang aman di Pulau warna Perak, Djoko Sengguru sendiri dan bisa melihat berapa ribu buaya. dengan mulut menganga mereka terbawa arus itu. Ketika yang terakhir menghilang, air yang berwarna biru juga tampak telah surut.

 Namun masih ada berbagai tempat di pegunungan kapur ini, di mana sungai-sungai mengalir begitu saja dari bawah, dan tiba-tiba menghilang kembali ke tanah. "Soember Manjing" adalah nama daerah disebelah selatan, yang berarti mata air yang telah menghilang ke dalam.

Sementara itu Pangeran sangat terkejut dengan kejadian yang fantastis, Dan dengan rasa bersyukur dia mendatangi Njai Gemi untuk mengucapkan terima kasih.


      Siapa yang bisa menggambarkan keterkejutan seorang pangeran muda yang bernama Djoko Senggoroh, setelah dia kembali untuk menepati janjinya  menemui Njai Gemi, wanita tua yang berbadan bungkuk, tetapi justru setelah berada ditempat yang disepakati yang dia lihat ada seorang wanita muda yang sedang berdiri di depannya, yakni wajah yang berparas cantik tiada tara seperti seorang dewi yang turun dari kayangan ..? Gadis itu, bagaimanapun, tidak memberinya kesempatan untuk berbicara, dan langsung dia berkata : "Jalanmu untuk memimpin masih jauh, pangeranku. Anda harus benar-benar menuntaskan kejadian malapetaka yang ditugaskan oleh ayahmu, yang mulia Adhipati, katakanlah kesuksesanmu, lalu datanglah ke Laut Selatan. Di sana aku akan menemuimu di pantai untuk menerima kuncinya." dan pangeran mencoba untuk berbicara dan dia  sempat mencegah gadis itu sebelum  menghilang



Mengikuti pada dorongan hati, dia ingin menceburkan diri ke dalam air untuk mendekatinya. Tetapi dengan satu gerakan tangan dia menyembunyikan : "Tidak, pangeranku," namun tanganmu tidak akan dapat menjangkau saya, karena tugasmu belum selesai. Kembalilah ke tempat tinggalmu, akhiri hidupmu dengan "melayani," sampai engkau dipanggil Sang Pencipta, dan ketika engkau, dalam inkarnasi barumu, temukan aku menunggu."

Inilah kisah indah sekama perjalanan ke Selatan, dari  Sengguruh sampai Soember-Manjing di pesisir.

Sumber data :

Dinsdag 29 April 1941
De Mythe Van Goenoeng Gampingan
De barre tocht van djoko Senggoroh :
een angstwekken gebrul steeg plotseling op ...
de bodemlooze zee der onderwereld









0 komentar anda:

ARTIKEL POPULER

edisi kusus

edisi kusus
Klik gambar... untuk melihat cerita, silsilah, foto keluarga Darmoredjo