Candi Terkubur di Kepanjen

Posted on Jawa Pos,  Radar Kanjuruhan, 10 Maret  2017 by Redaksi in Featured:  Aris Dwi Kuncoro

Agung. Cahyo Wibowo memang bukan sejarawan yang memiliki minat dengan penggalian benda bersejarah seperti candi. Basic pendidikannya adalah teknologi informasi. Namun, keinginannya menggali sejarah sangat besar, khususnya tentang Malang Selatan. Bahkan, dalam sepuluh tahun terakhir ini, dia telah mengumpulkan ratusan foto kuno dan cerita legenda. Semua itu diabadikan dalam blog dan buku-bukunya.

Mencari Batu bata berukir di bekas galian parit perumahan baru


SAAT ditemui di kantornya, Dharma Wiyata Komputer, Jalan Welirang, Kepanjen, kemarin (9/3), Agung langsung mengeluarkan dua album foto dan dua buku dari tas hitamnya. Album itu berisi foto-foto Malang Selatan tempo dulu. Terutama, pada masa pasca kemederkaan. Salah satunya, foto Ir Soekarno, presiden pertama Republik Indonesia (RI), saat berpidato di Stasiun Kepanjen. Foto tersebut masih terlihat bagus.

Kemudian, ada dokumentasi pertempuran yang terjadi di Bululawang dan hancurnya jembatan di wilayah Pakisaji. “Ini hanya sebagian yang saya kumpulkan,” kata Agung.

Di rumahnya, kawasan Desa Talangagung, Kepanjen, masih ada foto jaman dulu yang dia punya. Dia pun mengumpulkan beberapa batu yang sebagian diyakini sebagai pecahan candi, patung, dan keris. Semuanya dikumpulkan sejak sepuluh tahun yang lalu. “Saya mulai mengumpulkan bukti-bukti sejarah itu sejak 2007 dan terus berlangsung hingga sekarang,” kata pria 47 tahun tersebut.


Dalam kesempatan itu, dia memperlihatkan dua buku hasil karyanya. Judulnya, Menelusuri Sejarah Kadipaten Malang di Jaman Kejayaan Mataram Islam dan "Ruyaknya (menyebarnya) Lentera Islam di Kerajaan Sengguruh". Buku itu merupakan hasil penelusurannya dari sumber-sumber orang tua, para penjaga situs sejarah, dan berbagai referensi.



Namun, meski cukup lama bergelut dalam mendalami sejarah Malang Selatan, dia enggan disebut sebagai sejarawan. Sebab, buku yang dia buat lebih menceritakan sebuah legenda. Selama ini, ada beberapa metode dalam pengumpulan foto zaman dulu tersebut. Di antaranya, melalui saudara, teman, dan dari museum. Sementara itu, buku yang dibuatnya lebih banyak bersumber dari orang tua yang tahu sejarah atau penjaga situs yang ada di Kabupaten Malang. Termasuk, ulasan Agung yang sering diposting di blog miliknya. “Semua saya gali sendiri. Bahkan, saya mendatangi orang-orang yang sudah tua. Biasanya, seniman atau penjaga situs banyak yang tahu,” bebernya. “Saya mendengar cerita langsung, tidak hanya dari referensi,” ungkap bapak tiga anak ini.

Sebenarnya, sejarah memang bukan bidangnya. Dia adalah alumnus Sekolah Tinggi Ilmu Komputer Indonesia (STIKI), jurusan teknologi informasi. Namun, keinginan menggali sejarah Malang Selatan tiba-tiba muncul saat ada banyak yang mempertanyakan tentang Kepanjen sehingga Kabupaten Malang memutuskan memboyong pusat pemerintahan ke sana. “Ada yang bertanya, apa yang dimiliki Kepanjen sehingga dijadikan ibu kota kabupaten?” kata Agung mengutip pertanyaan yang sering dilontarkan orang-orang yang dia temui. Karena kata-kata itu, dia pun tergerak menggali sejarah Malang Selatan. “Saya ingin fokus. Hal yang saya cari dari semua itu (penelusuran) adalah karya, bukan perdebatan saja,” kata dia. 

Apalagi, selama ini, belum banyak yang menggali Malang Selatan, terutama pasca kemerdekaan. “Dengan tahu sejarahnya dulu, ibaratnya suatu daerah punya roh. Akhirnya, bangga dengan jati dir daerahnya,” ungkap Agung. 

Agar apa yang dia cari diketahui banyak orang, Agung pun membagikan informasi yang dia miliki itu secara gratis lewat tulisannya dalam blog. Saat ini, dia sedang membuat buku tentang Malang Selatan pasca kemerdekaan. Buku tersebut bakal dilengkapi pula dengan foto-foto hasil penelusurannya. Termasuk, mencetak berbagai foto dalam ukuran lebih besar di atas kanvas. “Saya ingin membuat yang menarik supaya orang mau berhenti sejenak, merenung, dan menghargai sejarah,” tuturnya. 

Menurut dia, hingga kini masih banyak sejarah yang belum tergali di Malang Selatan. Khususnya, di daerah Kepanjen “Asumsi saya, di sana ada candi yang masih terkubur di dalam tanah,” kata dia. 

Dugaan tersebut didasarkan pada cerita warga sekitar, penemuan batu yang diperkirakan pecahan candi, dan penemuan arca. Selain itu, menurut saksi mata, di sana dulunya ada temuan arca, tetapi sudah diambil orang. Agung berharap, ada tindak lanjut dari asumsinya tersebut. Jika memang benar, pasti akan menambah kekayaan Kabupaten Malang.
(klik)

ARTIKEL POPULER

edisi kusus

edisi kusus
Klik gambar... untuk melihat cerita, silsilah, foto keluarga Darmoredjo