CERITA PENGALAMAN
TENTANG PERJALAN
TENTANG PERJALAN
DI LERENG GUNUNG KAWI
oleh : Agung Cahyo Wibowo
Tujuan :
Penulis artikel ini ingin menggambarkan sejarah Malang dengan latar pengalaman pribadi saat menjelajahi lereng-lereng Gunung Kawi, sungai Metro, dan sungai Brantas. Melalui perjalanan tersebut, ia berharap dapat menemukan jawaban atas pertanyaan yang terus menggelitik pikirannya:
Mengapa Raja Kanjuruhan memilih lereng Gunung Kawi sebagai lokasi untuk mendirikan kerajaannya dan menjalankan pemerintahannya..?
Petualangan ini juga menghidupkan kembali kenangan penulis bersama teman-teman kuliah di Malang yang memiliki hobi serupa: berpetualang dan mendaki gunung. Beberapa tahun kemudian, minat penulis semakin dalam terhadap sejarah Malang, khususnya konsep unik seperti "udar gelung dan belah kutang", yang terus memancing rasa ingin tahunya dan memberikan perspektif baru tentang identitas budaya dan sejarah Malang.
Pemahaman tentang seluk-beluk sejarah Malang, terutama tentang ajine kerajaan yang pernah berjaya di wilayah ini, sangat penting untuk memperkaya sejarah Kota Kepanjen. Namun, hingga kini, penelitian mendalam di bidang ini belum mendapat perhatian serius, baik dari pemerintah maupun pihak swasta. Untuk membangun kesadaran sejarah ini, tentu diperlukan pengorbanan biaya—sesuai pepatah “jer basuki mawa bea,” yang mengajarkan bahwa segala keinginan membangun pasti membutuhkan pengorbanan.
Semoga tulisan berikut ini dapat menjadi awal untuk “gumregah tangi saka turu sing kadhung angler-ler,” membangkitkan kesadaran dari tidur panjang. Dengan begitu, benih-benih jati diri Ibu Kota Kabupaten Malang yang baru dapat “udar pedhut peteng,” membuka kabut gelap, di tempat berkumpulnya panji-panji Kadipaten Malang pada masa kini.
Kepithing mlaku
mundhur
Masiho iktiyar dhewe ora
bakal mundhur
Mathur shuwun...
Wilayah Malang melingkari lereng gunung Kawi
Saat fragmen "Prasasti Dinoyo" ditemukan sudah terbelah menjadi tiga bagian. Bagian tengah yang terbesar ditemukan di desa Dinoyo, bagian Atas di temukan di dusun Kejuron -Merjosari dan bagian bawah ditemukan di desa Karangbesuki-Malang. Di dekat lokasi penemuan Prasasti Dinoyo tepatnya desa Kejuron, sampai sekarang masih berdiri dengan megah Candi Hindu dengan ciri arsitektur abad ke-8 M dan keorsinilan bangunan oleh penulis perkirakan masih 70 persen. Oleh masyarakat sekitar candi terseber diberi nama "Candi Badut".
Tempat yang diperkirakan sebagai wilayah pemerintahan kerajaan Kanjuruhan tersebut terdapat dua aliran sungai yang saling bertemu yaitu “Sungai Metro” dan “Sungai Brantas. Dua sungai tersebut melingkari gunung Kawi (lihat gambar diatas).
Tempat yang diperkirakan sebagai wilayah pemerintahan kerajaan Kanjuruhan tersebut terdapat dua aliran sungai yang saling bertemu yaitu “Sungai Metro” dan “Sungai Brantas. Dua sungai tersebut melingkari gunung Kawi (lihat gambar diatas).
Sungai Metro melingkar seperti ular naga yang hulunya di barat gunung Panderman tepatnya di desa Junrejo-Batu dan sungai Brantas seperti ular naga yang hulunya menghadap ke gunung Arjuno, sedangkan kedua hilirnya yang satu bertemu di desa Jenggolo-Kepanjen dan yang kedua bertemu di waduk Lahor Karangkates-Sumberpucung. pada saat ini ujung hulu hilirnya bisa dianggap batas Kabupaten Malang dengan Kabupaten Blitar dan Kabupaten Jombang.
Menurut orang pribumi dan rohaniawan Hindu-Syiwa kedua sungai penting, sedangkan sungai Metro dianggap sebagai sungai yang memiliki air suci yang telah diberikan oleh "Sang Maha Kuasa" sehingga disebut air sumber kehidupan (Patirtann). Berkah air tersebut bisa memberikan sumber kemakmuran yang tinggal disekitar sungai Metro. Menurut beberapa informasi sesepuh sebelumnya disebut sungai Metro ada dua informasi sebutannya pertama adalah sungai Mahateru, sebutan kedua adalah sungai Merta atau Amerta. Karena kebiasaan lidah orang Jawa dalam mengucap sering menggunakan ucapan yang mudah diucap akhirnya jadi "Metro". Kalau kita baca di Kamus KBBI, kata metro adalah Kata Nomina (kata benda) yang berarti "sebagai alat transportasi penghubung", kependekan dari kata metropolitan.
Sehingga kalau dihubungkan gunung Kawi dengan berdirinya kerajaan Kanjuruhan yang berlandaskan Hindu-Syiwa, maka Gunung Kawi dan Metro bisa dipandang sebagai satu paket sebagai simbul "Air dan Api". Gunung Kawi oleh umat Hindu-Syiwa dan Budha di Jawa dianggap sebagai gunung Api yang mendatangkan Kemakmuran siapa yang tinggal dilereng gunung tersebut. Penduduk awal, rohaniawan dan tokoh pendiri kerajaan Kanjuruhan menggangap paket diatas adalah tempat tinggal para Dewa-dewa pemberi keberkahan.
Menurut obrolan dengan sesepuh, saat penulis berkunjung ke "Pesarehan Gunung Kawi", sebagai berikut,
Sehingga kalau dihubungkan gunung Kawi dengan berdirinya kerajaan Kanjuruhan yang berlandaskan Hindu-Syiwa, maka Gunung Kawi dan Metro bisa dipandang sebagai satu paket sebagai simbul "Air dan Api". Gunung Kawi oleh umat Hindu-Syiwa dan Budha di Jawa dianggap sebagai gunung Api yang mendatangkan Kemakmuran siapa yang tinggal dilereng gunung tersebut. Penduduk awal, rohaniawan dan tokoh pendiri kerajaan Kanjuruhan menggangap paket diatas adalah tempat tinggal para Dewa-dewa pemberi keberkahan.
Menurut obrolan dengan sesepuh, saat penulis berkunjung ke "Pesarehan Gunung Kawi", sebagai berikut,
"asal usule jeneng gunung Kawi iku mas, soko jeneng jawa yaiku "Kawit", semono ugo "basa kawi", artine ya .... basa sing kawit ono daerah jawa kene", artinyanya bahwa, asal usule nama gunung Kawi iku berasal dari bahasa jawa yaitu "kawit = pertama", juga tentang "basa Jawi" artinya bahasa pertama yang ada di jawa". penurut kesumpulan saya bahwa gunung kawi itu adalah gunung pertama.
Penulis mencoba mengingat-ingat saat naik ke gunung Panderman di Batu, dan beristirahan "came perkemahan" di tanah lapang dan disitu terlihat unggokan batu sedang dan yang berukuran besar sekali seakan menancap ke tanah, besarnya batu tersebut adalah sekitar rumah ukuran P=4 m x L=3 m x T=5 m, saat itu orang disekitar pendakian menyebutnya dengan nama "Watu Kursi", tetapi entah sekarang, apakah masih ada atau sudah hilang, karena saat ini diereng-ereng gunung Panderman sudah banyak berubah dan dijadikan destinasi wisata pleh kota Batu. Selanjutnya penulis mencoba merujuk dengan ada batu-batu besar diatas air terjun "Coban Gletak" di Wagir-Malang dan di "gunung Buthak" adalah Bukti pemandangan bahwa batu-batu besar banyak berserakan di sekeliling gunung Kawi.
Penulis perkirakan pada pertengahan tahun 2018, sempat melakukan perjalanan singkat menuju lereng barat Gunung Kawi, tepatnya perkebunan antara Gunung Kawi (barat) dan gunung Buthak (utara) dan masuk wilayah Kabupaten Blitar. Pada sebuah bukit terjal penulis sempat melihat sebuah banguanan candi dalam keadaannya tidak utuh, batu-batu tersebut tertumpuk menggunung, tapi tidak berbentuk candi. Saat kami mendekati dan teliti ternyata ada gambaran bentuk sebuah bangunan mirip tempat tinggal padepokan dan candi, bangunan tersebut seperti bersap 7, dan terlihat ada bekas pondasi candi berukuran sekitar 4 x 4 meter.
Penulis mencoba mengingat-ingat saat naik ke gunung Panderman di Batu, dan beristirahan "came perkemahan" di tanah lapang dan disitu terlihat unggokan batu sedang dan yang berukuran besar sekali seakan menancap ke tanah, besarnya batu tersebut adalah sekitar rumah ukuran P=4 m x L=3 m x T=5 m, saat itu orang disekitar pendakian menyebutnya dengan nama "Watu Kursi", tetapi entah sekarang, apakah masih ada atau sudah hilang, karena saat ini diereng-ereng gunung Panderman sudah banyak berubah dan dijadikan destinasi wisata pleh kota Batu. Selanjutnya penulis mencoba merujuk dengan ada batu-batu besar diatas air terjun "Coban Gletak" di Wagir-Malang dan di "gunung Buthak" adalah Bukti pemandangan bahwa batu-batu besar banyak berserakan di sekeliling gunung Kawi.
Penulis perkirakan pada pertengahan tahun 2018, sempat melakukan perjalanan singkat menuju lereng barat Gunung Kawi, tepatnya perkebunan antara Gunung Kawi (barat) dan gunung Buthak (utara) dan masuk wilayah Kabupaten Blitar. Pada sebuah bukit terjal penulis sempat melihat sebuah banguanan candi dalam keadaannya tidak utuh, batu-batu tersebut tertumpuk menggunung, tapi tidak berbentuk candi. Saat kami mendekati dan teliti ternyata ada gambaran bentuk sebuah bangunan mirip tempat tinggal padepokan dan candi, bangunan tersebut seperti bersap 7, dan terlihat ada bekas pondasi candi berukuran sekitar 4 x 4 meter.
Kembali kepada sejarah berdirinya kerajaan Kanjuruhan yang terletak dipedalam Jawa Timur yang berada diantara gunung Arjuno, gunung Welirang, gunung Panderman, gunung Kawi dan gunung Butak. Diawali dengan keberadaan lahan yang subur dan keberadaan sumber-sumber air yang tersebar maka secara berangsur angsur terjadilah suatu aktivitas kelompok masyarakat untuk hidup dengan menetap dengan bekerja bercocok tanah, berburu hewan dihutan dan beternak binatang ternak. Kelangsungan kehidupan sekelompok masyarakat disekitar gunung Kawi dan sungai Metro yang keadaannya "gemah ripah loh jinawi".
Penulis memberi gambaran sementara tentang daerah-daerah disekitar lereng gunung Kawi dan tepi sungai Metro, yang penulis yakini sudah ada aktivitas kelompok masyarakat sebelum ada kerajaan sampai dengan era kerajaan dimulai dari hulu - hilir sungai metro :
Penulis memberi gambaran sementara tentang daerah-daerah disekitar lereng gunung Kawi dan tepi sungai Metro, yang penulis yakini sudah ada aktivitas kelompok masyarakat sebelum ada kerajaan sampai dengan era kerajaan dimulai dari hulu - hilir sungai metro :
No
|
Daerah Penting
|
Catatan
|
Literasi
|
1
|
Landung sari
|
Ditemukan batu bata, batuan padas kuno dan keping gerabah di tepi sungai “Metro” dan sungai “Braholo”, ditemukan oleh tim jelajah UMM, Dwi Cahyono (2016) |
https://hurahura.wordpress.com
|
2
|
Dinoyo-Malang
|
Ditemukan 2 buah batu Yoni dan Prasasti Kanjuruhan Dua |
https://plus.kapanlagi.com
|
3
|
Merjosari-Malang
|
||
4
|
Tlogomas
|
||
5
|
Ketawanggede
|
||
6
|
Sukun
|
||
7
|
Wagir
|
||
8
|
Kranggan-Ngajum
|
Ditemukan batu bata, lingga, Prasasti beaR, makam dan candi yang sudah hancur
dipekarangan di Timur percabangan tepi sungai metro
|
|
9
|
Sukun -
Kepanjen |
Patilasan umpak bangunan, lumpang di timur
sungai metro
|
Disimpan penulis di dokumen foto lokasi
|
10
|
Talanggagung -
Kepanjen |
Ditemukan batu bata Candi yang sudah hancur
dan lumpang, di tepi sungai metro (sekarang jadi perumahan)
|
Disimpan penulis di dokumen foto lokasi dan
vidio
|
11
|
Jenggolo -
Kepanjen |
Ditemukan batu bata, Umpak, Gua persembunyian, lumpang kuno, makam kuno, benda-benda kuno
|
|
12
|
Kali Biru
- Sumberpucung |
Arca dewi durga, Batu-bata candi, watu kloso
|
Artikel penulis, Disimpan penulis berupa dokumen foto lokasi dan vidio
|
13
|
Tegaron
- Kepanjen |
belasan batu lumpang yang masih tetap menghadap barat daya
|
(12 lumpang) berupa dokumen foto lokasi dan
vidio
|
14
|
Turus
- Kepanjen |
Arca dewi durga, Batu-bata candi, gelas batu, 3 patung perunggu, seperti patung raja (krisna)
|
Disimpan penulis berupa dokumen foto lokasi dan
vidio
|
15
|
Sungai Lahor
- Sumbrpucung |
Arca besar Ganesha, Batu-bata Benteng Luluh, vosil
|
|
16
|
Dilem
- Kepanjen |
berupa batu bata tertimbun di pekarangan, timur sungai Metro,
sumber Wuni (tempat mandinya putri [cerita masyarakat sekitar] |
Disimpan penulis berupa dokumen foto lokasi dan vidio
|
Keperintahan Kanjuruhan
KERAJAAN
KANJURUHAN
|
KERAJAAN
MATARAM KUNO
|
KERAJAAN
KALINGGA
|
||||
Pangeran
Simha / Singha
(760 M)
Lisma setelah naik tahta
bernama Raja Gajayana
Kekuasaannya
Jawa timur
|
Kerajaan Mataram
Kuno terletak di Bumi Mataram, Jawa Tengah.
Raja pertama adalah
rakai SANJAYA
pemeluk agama Hindu
beraliran Syiwa,
(847 M)
Sri Maharaja Rakai Pikatan Dyah Saladu
yang terkenal adil
dan bijaksana. Dibawah pemerintahannya, Kerajaan Mataram Kuno bisa berkembang
pesat. Ia disegani oleh raja-raja di seluruh Pulau Jawa.
Keinginan untuk
memperluas wilayah Kerajaan Mataram Kuno selalu terlaksana, baik melalui
penaklukan maupun persahabatan.
|
Pangeran
Shimha
+ Maharani
|
||||
KERAJAAN TARUMANEGARA
|
||||||
Anaknya
Utteyana
|
Pangeran
Janania.
|
|||||
menyumbangkan sebuah bangunan candi
perwara (pengiring) di komplek Candi Prambanan
(856 M)
Sri Maharaja Rakai
Watukura Dyah Balitung = Siwa Greha
|
||||||
Pada masa
kepemimpinan
rakai KAYUWANGI,
Kerajaan Mataram
Kuno menghadapi masalah rumit yang menyebabkan perpecahan di istana, hingga
terjadi perang saudara
Penyebab runtuhnya
Kerajaan Mataram Kuno antara lain :
Meletusnya gunung
Merapi sehingga menimbun kerusakan
candi-candi yang dibangun.
Terjadinya krisis politik
(927-929 M)
Dyah Wawa mempunyai rencana mengkudeta Kerajaan
Medang dari takhta Raja Dyah Tulodong dan Mpu Ketuwijaya.
Dengan bantuan Mpu Sindok dan kebaikan Raja
Kanjuruhan, mereka diberi tempat
tinggal di utara gunung Kawi lalu dibangunlah Candi Songgoriti
Setelah Empu Sendok berhasil Menaklukkan Medan, maka dibuatlah Prasasti Sangguran) tidak jauh dari candi Songgoriti, dibuat (928 M)
|
KERAJAAN SUNDA
(Pasundan)
(669 M)
Kerajaan
Sunda didirikan oleh Tarusbawa pada tahun 591 Caka Sunda. Menurut sumber sejarah
primer yang berasal dari abad ke-16.
|
|||||
.
Dengan kemenangan
Empu Sendok, akhirnya terjadilah
persahabatan antara Dinasti Mataram Kuno dengan Dinasti Kanjuruhan, dengan tujuan
siar agama Hindu di Jawa yang masih menyembah roh-roh dan benda-benda
Keramat.
Dengan pertimbangan ekonomi
maka Mataram Jawa Tengah di pindah ke
Jawa Timur, karena memiliki jalur strategis untuk perdagangan dan tanahnya
subur.
Akhirnya kedua
kerajaan ini melebur, dan menunjuk Empu Sendok dengan
gelar Sri Maharaja Rakai Hino Sri Isana Wikramadharmottunggadewa dan raja
Kanjuruhan sebagai pengendali ekonomi kerajaan baru.kerajaan baru ini lebih
dikenal dengan “Medang Kamulyan”.
|
||||||
Kerajaan
Baru telah ditunjuk Raja diraja adalah Empu Sendok, dengan gelar
Sri
Maharaja Rakai Hino Sri Isana Wikramadharmottunggadewa.
|
||||||
Berubahlah struktur pemerintahan kerajaan
Kanjuruhan
Yang secara stuktur melebur
ke
Kerajaan MEDANG Kamulyan
Akhirnya wilayah kerajaan
Kanjuruhan dibagi menjadi 3 bagian, sedangkan struktur kepemerintahan
kerajaan menjadi
Rakryan Kanuruhan (penguasa)
|
||||||
Kekuasaaan sebagai raja daerah di Kanuruhan setelah itu adalah didaerah lereng timur Gunung Kawi sampai lereng barat Pegunungan Tengger-Semeru ke selatan hingga
pantai selatan Pulau Jawa..
Watak Kanuruhan
membawahi wanua-wanua (desa-desa)
|
||||||
Watak
Hujung
|
Watak
Kanuruhan
|
Watak
Tugaran
|
||||
Daerah sekitar
Malang Utara
Seperti
Balingawan (Pakis)
Kebalon (Kebalen)
Panawijyan
(Polowijen)
Bunulrejo
|
Daerah sekitar
Malang Barat seperti:
Wurandungan
(Landungsari)
Karuman,
Merjosari,
Dinoyo,
Ketawang gede
|
Daerah Sebelah
Selatan
Turryan (Turen)
Tugaran (Kepanjen)
Wagir
|
||||
Akhirnya tempat yang diberkahi Sang Maha Dewa ini, berdampak pada perkembangan Budha di lereng gunung Kawi. Dengan adanya kepercayaan rakyat kanjuruhan, Guru - Rohaniawan spiritual disekitar dan raja Kanjuruhan telah mempercayakan kepada empu Sendok untuk menjalankan roda kepemerintah di tampuk pemerintahan yang tertinggi, dengan kekuasaan yang hampir separuh pulau jawa dibawah kendali raja baru Empu Sendok.
Dengan diberikan kepercayaan tersebut diatas, Empu Sendok yang juga seorang rohaniawan tentunya dalam sifat kepemimpinannya tidak bertitik berat pada kehidupan duniawi melainkan memprioritaskan spiritual tinggi, dengan mengajak raja Kanjuruhan penulis duga sebagai "Patih Dalam", yang membidangi masalah pembangunan, misalnya candi-candi, irigasi dan administrasinya. Untuk mengurangi tugas dan tanggung jawab berat, maka raja Kanjuruhan membagi menjadi 3 wilayah yang lebih kecil (lihat hal di tabel atas)
Dengan diberikan kepercayaan tersebut diatas, Empu Sendok yang juga seorang rohaniawan tentunya dalam sifat kepemimpinannya tidak bertitik berat pada kehidupan duniawi melainkan memprioritaskan spiritual tinggi, dengan mengajak raja Kanjuruhan penulis duga sebagai "Patih Dalam", yang membidangi masalah pembangunan, misalnya candi-candi, irigasi dan administrasinya. Untuk mengurangi tugas dan tanggung jawab berat, maka raja Kanjuruhan membagi menjadi 3 wilayah yang lebih kecil (lihat hal di tabel atas)
Pemerintahan Kanjuruhan bergabung dengan Medang Kamulyan,
(Penelitian keberadaan daerah Watak Tugaran)
- Lanjut Klik -
(Penelitian keberadaan daerah Watak Tugaran)
- Lanjut Klik -
belum selesai
isi artikel ini, masih bisa sebagai bahan diskusi / sarasehan
isi artikel ini, masih bisa sebagai bahan diskusi / sarasehan