Selain Candi Badut peninggalan
purbakala yang terdapat di daerah Malang adalah sebagai berikut :
5.
Candi Sumberawan di daerah
Singasari
6.
Pemandian di Watu Gede.
Untuk lebih jelas marilah kita
ikuti pembahasannya satu per satu
Candi
Jago
Candi
Jago dapat sebagai sumber pengetahuan, yaitu selain dari segi seni pahat maupun
ukir, juga ilmu bangunan dan filsafat, Candi Jago yang terletak di Desa Jago,
Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang ini aslinya bernama Jayaghu. Candi ini
didirikan pada masa Kerajaan Singosari sekitar abad ke-13. Candi ini memiliki
panjang 23,71 m dengan lebar 14 m dan tinggi 9.97 m.
Terbuat
dari batu andesit, bagian atas dari Candi Jago ini konon hancur karena disambar
petir. Disebut-sebut bahwa ornamen Candi Jago sama persis dengan Candi
Penataran yang terdapat di Blitar. Candi yang awalnya dibangun sebagai makam
raja keempat Singosari, yaitu Raja Wishnuwardhana,
Tentang sejarah tidak banyak tulisan-tulisan tentang menceritakan tentang Candi Jago. Jadi kalau tidak ada orang yang meneliti Candi Jago ada kemungkinan informasi yang penting untuk mempelajari zaman Majapahit hilang, karena candi itu diterlantarkan dan dirusak. Sekarang sudah ada banyak candi yang dilupakan dan informasinya hilang selama-lamanya. Maka tentang Candi Jago cerita sejarah atau peninggalan lain dari zaman lalu penting sekali untuk mengerti sejarah perkembangan Indonesia dan pengaruhnya terhadap masyarakat masa kini.
Candi
Jago ini diketahui sebagai tempat pendharmaan Raja Wisnuwardhana
dari kerajaan Singasari, namun jika dilihat dari bentuk arsitektur dan ragam
hiasnya maka situs ini berasal dari zaman Majapahit akhir.
Salah
satu candi dengan relief yang begitu kompleks dan detail adalah candi Jago.
Relief-relief tersebut dipahatkan hampir merata keseluruh sisa bangunan candi
yang masih dapat kita lihat sekarang ini. Disini dipahatkan begitu banyak
cerita-cerita moral baik dari unsur Jawa asli, Budhisme, dan Hinduisme. Suatu
bentuk perpaduan dinamis yang jarang ditemui di candi-candi lain.
Didepan
candi terdapat sebuah batu yoni besar berasal dari ruang tengah candi :
1. Patung
Avalokiteswara
Arca ini merupakan
salah satu bentuk perwujudan Avalokiteswara yang digambarkan
bertangan 8, dikelilingi dewa-dewi, Dhyani Budha dan Tara, sikap tangan wara
mudra (sikap memberi) dan abhaya mudra (menolak bala) ; sedang tangan-tangan
yang lain memegang aksamala (tasbih), pasa (jerat), pustaka (kitab), padma
(teratai), dan kamandalu (kendi).
2. Patung
“Amogaphasa”
Di halaman candi
tergeletak sebuah patung tanpa kepala merupakan perwujudan Amoghapasa. Diketahui
dari tulisan nagari yang dipahatkan sebelah atasnya serta atribut dan ciri
khasnya. Terdapat juga sisa-sisa 3 kepala kala yang dulunya terletak diatas
pintu masuk dan bilik-bilik candi. arca inilah yang disebutkan dalam
Negarakertagama sebagai perwujudan dari Raja Wisnuwardhana.
3.
Dikaki candi inilah
terpahatkan relief-relief yang memiliki nuansa agama berbeda. Pada tingkatan
terbawah dipahatkan beberapa cerita Tantri (Jawa) seperti kura-kura dan anjing,
lembu dan buaya, dan Anglingdarma, Kunjarakarna yang bernuansa agama Budha.
Pada tingkat kedua dilukiskan cerita Parthayadnya, bagian dari Mahabarata, yang
bernuansa agama Hindu; Begitu juga tingkat ketiga dengan cerita Arjunawiwaha.
Catatan :
Patung “Amogaphasa”
yang masih utuh dan diduga kuat berasal dari atas yoni candi Jago, telah disimpan di Musium Negara Belanda.
Patung ini biasanya dikelilingi 4 pengikutnya ; Sudhanakumara, Syamatara, Hayagriwa, dan
Bherkuti dan sekarang masih tersimpan di museum Nasional – Jakarta.
Bentuk
bangunan berundak di candi Jago merupakan
elemen-elemen pra-sejarah Indonesia seperti bangunan dalam bentuk pemujaan yang
diletakkan dilereng-lereng gunung. Sejak periode Singosari, terlihat adanya
keinginan kuat untuk memunculkan ide-ide asli Jawa.