Ekspansi Kristenisasi ke Kepanjen





Selama bertahun-tahun, wilayah Timur Malang berkembang pesat berkat pekerjaan misionaris Sclien Inheem. Wilayah ini cukup luas, terutama jika dibandingkan dengan standar Hollandsche, dengan jarak sekitar tiga puluh kilometer dari Malang. Setiap bulan, pendeta mengunjungi berbagai desa dan kota tempat tinggal orang Jawa Katolik. Namun, karena sulitnya perjalanan kembali ke Malang setiap waktu, pendeta memutuskan untuk tinggal selama seminggu di Kepanjen, di mana ia selalu menikmati keramahan bersama keluarga Seyen ten Hoorn

Kepanjen: Halaman Nyata bagi Umat Katolik di Malang Selata


Pada Hari Natal 1936, Mgr. Albers mendedikasikan gereja misi untuk kepentingan besar dari sisi Eropa dan Pribumi. Kebaktian gereja reguler diadakan setiap hari Minggu kedua setiap bulan, sementara pada Sabtu malam, penduduk terjauh tiba, termasuk di antaranya yang telah menempuh perjalanan jalan kaki selama 35 kilometer untuk tiba di kapel dessa di Senggreng. Pada hari Minggu, sekitar seratus orang hadir, terdiri dari orang Eropa dan Jawa. Beberapa guru Jawa membantu dalam upacara dengan menyanyikan lagu Latin, meskipun tanpa organ. Di bawah khotbah Misa Suci Hollandscbe, orang Jawa disambut dalam bahasa mereka sendiri.


Pada Hari Natal 1936, Mgr. Albers mendedikasikan sebuah gereja misi yang melayani baik umat Eropa maupun Pribumi. Setiap Minggu kedua setiap bulan, kebaktian gereja diadakan secara rutin. Pada Sabtu malam, penduduk dari desa-desa terjauh datang, bahkan ada yang menempuh perjalanan sejauh 35 kilometer dengan berjalan kaki untuk mencapai kapel di desa Senggreng.

Ketika kebaktian Minggu pagi berlangsung, sekitar seratus orang hadir, terdiri dari umat Eropa dan Jawa. Meskipun tanpa iringan organ, beberapa guru Jawa membantu upacara dengan menyanyikan lagu-lagu dalam bahasa Latin. Misa Suci diadakan dalam bahasa Belanda, namun orang Jawa juga disambut dan dilayani dalam bahasa mereka sendiri, mencerminkan upaya untuk menjangkau dan melibatkan seluruh komunitas dengan penuh kasih.

Perlu dicatat bahwa dalam konteks ini, terdapat juga sebuah sekolah misi Cina di Kepanjen, yang menampung sekitar 70 murid. Selain itu, desa-desa seperti Ketjopokan, Dadapan, Turus, dan Ngiedja juga memiliki sekolah mereka sendiri. Keberadaan dan kemajuan sekolah-sekolah ini tidak akan mungkin terwujud tanpa bantuan dari keluarga Seyen ten Hoorn yang selalu ramah dan mendukung. Dengan kerja sama yang erat, kita dapat terus bergerak maju dan membawa manfaat bagi masyarakat.









0 komentar anda:

ARTIKEL POPULER

edisi kusus

edisi kusus
Klik gambar... untuk melihat cerita, silsilah, foto keluarga Darmoredjo