Jembatan Kepanjen Masa Kolonial

 


Jembatan Metro Kepanjen berdiri tegak dengan gagah yang kokoh, menghubungkan dua sisi yang terpisah oleh sungai Metro yang mengalir dengan gemerlapnya. Bangunan ini memiliki gaya arsitektur khas Belanda tebal dan kelihatan kuat, dengan balok-balok kokoh dan list garis yang indah. Jembatan sungai Metro adalah jemban yang menghubungkan jalur Kepanjen ke daerah Sumberpucung.

Di sebelah utara jembatan, terdapat kolam renang Metro, yang memiliki pemandangan sumber yang menakjubkan. Pohon-pohon rindang memayungi tepi kolam renang, menciptakan bayang-bayang yang menari-nari di permukaan air yang tenang. Suara gemericik air yang mengalir memberikan harmoni alami yang menenangkan jiwa.

Dibawah jembatan Metro, tepat di sebelah utara, terdapat Donki yang dibangun dengan tujuan menyuplai air ke sebagian wilayah Kepanjen. Donki, sebuah pompa air yang megah, melambangkan kehidupan dan keberlanjutan. Dulu, mesin pompanya bergetar dengan kuat, menggerakkan roda-roda yang mengalirkan air segar ke setiap sudut kepanjen. Namun, sayangnya, sekarang mesin pompanya telah hilang, hanya meninggalkan bangunan indah dengan ukuran 4 meter x 6 meter. Di tempat itu, mengingatkan kita akan masa-masa di mana kehidupan dipenuhi keajaiban teknologi sederhana yang menghidupkan kota kecil ini.

Setiap hari, penulis menjadi saksi perjalanan yang tak terhitung jumlahnya, saat melintasi Jembatan Metro dalam perjalanan menuju tempat kerja di Jalan Welirang 29 Kepanjen. Setiap kali melewati jembatan ini, terasa terhubung dengan masa lalu yang dipenuhi dengan sejarah perkembangan ibu kota Kabupaten Malang. Terkadang, penulis membayangkan masa di mana para pekerja Belanda dengan teliti membangun jembatan ini, seolah mereka mengabdikan diri untuk menciptakan hubungan yang kokoh antara dua sisi yang terpisah, yakni jembatan.

Jembatan Metro menjadi saksi saat terjadi peristiwa Belanda masuk di Kepanjen Malang. Menurut cerita dari ibu penulis (sukarelawan PMI), jembatan itu pernah dibom oleh tentara TNI pada era Clash ke I. Tujuannya adalah agar tidak dapat mengejar pergerakan pejuang TNI. Namun, pengeboman tersebut tidak menyebabkan kerusakan fatal pada jembatan Metro, bahkan hanya mengalami ambrol sedikit, sedangkan pengeboman jembatan Soekoen rusak parah disisi timur dan tidak bisa dilewati.



Menurut laporan dari Asosiasi Insinyur Sipil, jurnal ke-10, nomor 16, tanggal 20-04-1895, terdapat pembangunan dua jembatan di Kepandjen-Senggoeroeh. Salah satunya menjelaskan bahwa abutment tinggi dan besi setengah kayu selebar 30 M, dengan tegangan lebar 3 M dan antara pegangan tangan untuk f 31.557 volooid.

Di Pasoeroean, terdapat dua jembatan yang dibangun, yaitu jembatan Soekoen dan jembatan Metro di jalan dari Kepandjen ke Kediri. Jembatan pertama adalah jembatan balok besi yang bertumpu pada 2 dinding penahan dan pada kuk besi dengan lebar 31 M di antara dinding pendukung. Sedangkan jembatan kedua adalah jembatan rangka besi 40 M, yang bertumpu pada dua abutment dengan ketinggian 11 dan 15 M. Geladak pada titik terdalam adalah 20 M di atas dasar sungai. Proses pembangunan ini termasuk pengalihan jalan sepanjang 922 M yang melibatkan sekitar 1000 anak batu M, dengan dinamit yang harus dibersihkan. Biaya pekerjaan ini mencapai f 47.630.










0 komentar anda:

ARTIKEL POPULER

edisi kusus

edisi kusus
Klik gambar... untuk melihat cerita, silsilah, foto keluarga Darmoredjo